SEO YANG MENDATANGKAN DUIT

BITCOIN WALLET

Sabtu, 22 November 2008

Terjerat Hutang

Hutang adalah hal yang sangat menekan dan menjadikan kita tidak bisa leluasa bergerak, dengan demikian utang adalah salah satu kendala dalam kehidupan berkeluarga, keluarga yang terlalu banyak hutang akan menjadi keluarga yang tidak banyak pilihan, menjadi keluarga yang tidak percaya diri, menjadi keluarga yang tidak mampu mengekspresikan diri dengan baik, dan selalu merasa terlilit belenggu yang senantiasa merantai semua kegiatannya, kalaupun ada yang mengingkarinya akan dianggap sebagai seorang yang tidak tahu diri, kehidupan terus berjalan dan tidak akan pernah berlanjut kebelakang atau ada reka ulang, dan inilah yang mengakibatkan betapa hutang adalah kendala terbesar dari kemajuan, terutama yang terlalu banyak, segala macam hutang akan mempengaruhi pola dan tingkah laku dari sebuah keluarga, semakin banyak hutang semakin tidak banyak pilihan yang seharusnya kita bisa jalani dan bisa kita pilih, semakin berat beban hidup dan psikis kita, sebaliknya semakin sedikit hutang kita semakin banyak hal yang bisa kita pilih dan semakin ringan beban hidup dan psikis kita, menjadi orang yang “merdeka” aliasnya tidak memikirkan sesuatu yang “mewajibkan” kita memikirkannya dalam semua keadaan dan dalam segala kesempatan, yakni hutang, menyakitkan memang, apalagi kalau banyak dengan buga-bunga nya yang mencekik, lebih mengenaskan lagi. Dan yang mengganjal dalam benak saya adalah tulisan saya ini bisa menyinggung beberapa pembaca (dan untuk hal itu saya meminta maaf sebesar-besarnya, saya tidak pernah menghinakan orang yang berhutang dan tidak pernah mencela mereka yang berhutang dan malah saya mendoakan agar hutang-hutang nya segera lunas, dan sekali lagi saya juga termasuk orang yang punya hutang, ini saya rasakan sendiri, bahwa yang saya tulis bisa jadi merupakan cerminan dari kehidupan saya pribadi, adapun yang “senasib” dengan saya barangkali akan “terketuk dan merasa disinggung”, sekali lagi saya meminta maaf akan hal itu, kalau ada pihak yang sama dengan saya….). Tetapi adalah sebuah kewajaran bila orang didunia berhutang, dengan catatan jangan terlalu banyak dan melampaui kemampuan kita untuk membayarnya. Solusi dari mengendalikan “keinginan” berhutang adalah qana’ah (artinya menerima apa saja pemberian Allah Swt dengan ikhlas, tidak kurang suatu apa), terus sederhana dan mempunyai skala prioritas kebutuhan (saya pikir adalah tentang kebutuhan pokok) dan “rem” untuk skala “keinginan” (saya perkirakan adalah tentang kebutuhan sekunder/tambahan), dari skala yang “sangat penting diperlukan dan mendesak” sampai “ini bisa kita beli tahun depan” hendaknya anda cermati dengan bijaksana dan kepala dingin. Dari skala need (butuh) sampai dengan skala want (ingin). Dengan demikian kita akan menyadari mana yang harus didahulukan dan bila ini dilaksanakan dengan konsisten pasti akan siginfikan mengurangi hutang-hutang anda (yang mana biasanya berhutang adalah untuk membeli taraf want). Maaf barangkali saya sangat menyederhanakan hal itu, tetapi dari pengalaman saya, inilah yang terjadi. Catatan : NEED adalah kebutuhan yang mendesak dan tidak bisa ditinggalkan dan bila itu tidak ada akan membahayakan hidup, contoh : makanan pokok. Sedangkan WANT adalah kebutuhan yang masih bisa ditinggalkan dan tidak membahayakan hidup kita, seperti, makanan cepat saji….saya kira keterangan saya sudah jelas.

Persoalan sebenarnya yang akan saya bahas adalah persoalan Negara kita yang nota bene menjadi negeri yang terjerat hutang dengan jumlah yang “menumpuk” dan “menggunung” semakin banyak dengan bunga-bunga yang menghiasinya, dan kepada siapa beban hutang yang kian hari kian “mengerikan” ini ? Pertanyaan mendasar adalah apakah sama kehidupan bernegara dengan kehidupan keluarga ? Jawabnya relative sama, dan ini memang saya gambarkan panjang lebar, tentang hutang yang menjerat, hutang yang melilit, hutang yang membelenggu kebebasan, dan hutang yang menghisap darah rakyat negeri tercinta ini. Taraf yang mengkhawatirkan ini dibarengi dengan para pelaku pemerintah yang tidak kompeten, dan malah akan “mengulangi” hutang-hutang yang ada dengan menambahnya dengan jumlah yang lebih “spektakuler” lagi, apakah Indonesia akan masuk dalam Guiness Book Of The Record dengan hutang yang paling tinggi kepada IMF atau malah masuh buku rekor itu dengan kriteria NEGARA PALING TIDAK KREATIF DALAM MENGHIMPUN DANA untuk pembangunan negerinya sendiri, patut diadakan semacam survey lah untuk mengetahui kebenaran sangkaan saya. Nah tidak adakah solusi lain selain berhutang, tidak adakah solusi lain selain IMF, tidak adakah solusi lain selain dari uang riba ???
Saya berkata sampai berbusa-busa pun tidak akan merubah suasana, tetapi dengan sedikit tulisan ini saya akan mengajak anda untuk berpikir, apa iya negeri sekaya ini tidak bisa mandiri ? Dengan “belajar” mengurangi utang ? Seperti menggunkan skala NEED dan WANT seperti yang saya jelaskan di atas ? Yang menjadi NEED pemerintah itu apa ? Apakah LAPTOP yang berharga jutaan? Apakah studi banding ke luar negeri ? Apakah pesiar-pesiar kenegeri asing dengan alasan yang kurang lebih sama dengan studi banding ? Apakah itu termasuk dalam NEED, atau kalau kita menengok kedalam negeri, dan bertanya apakah KENAIKAN GAJI para DEWAN itu sebuah NEED? Padahal mereka adalah para orang kaya yang bisa duduk di kursi DEWAN ? Apakah TUNJANGAN yang semakin hari semakin besar itu sebuah NEED ? Apakah dengan siding-sidang yang bertele-tele sebuah NEED ? Biar dapat UANG RAPAT apakah sebuah NEED ?. Sedangkan need adalah hal yang mau tidak mau mesti harus ada (dilakukan), nah dengan mempertimbangkan sedikit itu kita semua bisa menilai apakah pemimpin kita termasuk orang yang “gemar” berhutang atau tidak bila begitu banyak WANT yang disalah artikan menjadi NEED (catat : semua want memerlukan biaya ekstra dan tentu lebih tinggi dari need). Pantas kalau mereka banyak mengandalkan HUTANG LUAR NEGERI untuk dibagi-bagi. Giliran bagi-bagi uang saja mereka begitu “sempurna”, lain lagi dengan kinerja dan sidang paripurna yang mereka lakukan, hasil rapat adalah selalu produk yang kurang bermutu dan tanda Tanya besar ? Yang terjawab dengan “korbankan rakyat” untuk “kelangsungan negeri” ini….(terjemah bebas dari kelangsungan negeri adalah agar bisa hutang dan kecipratan duit itu). Jadi negeri yang terjerat hutang tidak mungkin akan maju karena tidak mempunyai hujat yang cukup untuk meng-counter kebijakan-kebijakan dari negeri (badan) yang kita pinjami, sekalipun kebijkan itu merugikan rakyat dan negerinya. Sungguh mengenaskan. Solusi adalah kembali lagi kepada dasar dari kehidupan kita yakni AGAMA, dan yang paling tepat adalah kembali kepada hukum Allah SWT, pasti saya jamin tidak akan ada negeri yang makmur tetapi rakyatnya tertimpa kemiskinan dan kenestapaan yang sangat panjang. Dan pemerintah hendaknya membuat skala yang saya sebutkan diatas, NEED dan WANT.
Terima kasih, ini sebuah want…bukan ?, tanpa terima kasih tulisan ini bisa dibaca dan internet adalah sebuah need bila saya akan posting, karena tanpa internet saya tidak bisa posting, benarkah demikian ? Jawaban anda adalah yang terbaik dalam versi pribadi anda. Thanks.

Tidak ada komentar:

IKLAN DI BLOG SAYA

DAFTAR PAYPAL GRATISS..!!!

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.