Umat Islam akan seperti buih dilautan bila saling bercerai-berai.... hanya sesuatu tetapi tidak menjadi apapun, tidak berarti, hanya jadi bahan permainan arus dan gelombang laut, tanpa daya, tanpa bisa protes, arus ketimur terpaksa ikut ketimur, arus kebarat ikut kebarat, dan tidak punya pilihan untuk dirinya menentukan arah.... wujudnya ada dan tampak besar tetapi daya dan pengaruhnya hampir tidak ada....menyedihkan.... dan kegemaran yang sudah diketahui akibatnya ini (bercerai berai) bukannya semakin dijauhi malah semakin diperuncing, saling klaim bahwa diri dan kelompoknyalah yang paling sholeh yang lain kurang dalam keilmuannya dan salah tafsir, memvonis khawarij, ingkar sunnah, dan saling mengklaim bahwa dirinya adalah ahlussunah wal jama'ah.
Kalau saya mengatakan bahwa buih seharusnya jangan terus menjadi buih, bila bersatu jadilah karang, tetap konsiten walau setiap saat ombak menerjangnya.... muslim kalau saling bersatu seperti karang, tidak goyah, dan karang akan berarti bagi pertahanan abrasi, jalur kapal, tempat tinggal terumbu, dan lainnya, demikian juga umat islam yang bersatu akan menjadi pelindung bagi kaum lemah (masyarakat lemah), menjadi panutan bangsa lain, bahkan orang yang berbeda agama akan salut dan mungkin mengikuti jejak akan menjadi "seperti" atau menjadi muslim beneran, utamakan dalil yang sudah jelas, utamakan berbeda pendapat dengan dasar yang diridhoi Allah Swt, tidak saling mengklaim diri sebagai yang pasti masuk surga dan saudara yang lainnya (walau seiman) pasti masuk neraka karena tidak sejalan, tidak sependapat, tidak sekelompok dengan dirinya. Sudah saatnya menjadi dewasa, sudah saatnya memperlemah diri dijauhkan, katakanlah bila yang hak adalah hak yang bathil adalah bathil, bila saudara ada yang menyimpang sampaikan dengan dalil yang tegas, akurat dan sudah sesuai dengan nash-nash yang disampaikan Allah Swt melalui Nabi, sudah saatnya menyadari bahwa ajaran kita semakin lama semakin jauh dari ajaran yang disampaikan Allah Swt melalui Nabi tercinta Muhammad Saw, para ulama jaman dahulu (salaf) tidak pernah mengutamakan nafsunya untuk memperlihatkan kebenaran, tidak pernah mengkotak-kotakan diri beliau-beliau sebagai yang tersholeh, kalaupun berbeda pendapat mereka dengan dalil dan akal yang sangat akurat, tidak seperti kita sekarang ini (u - lama, atau 'ulama ??) tidak jelas, karena yang ulama yang kita kenal sekarang adalah kebanyakan ulama yang tidak istiqomah, dan itu bukan ulama, hanya orang yang kebetulan belajar dan tahu tentang hukum-hukum islam bahkan lebih spektakuler lagi hafiz Al-qur'an, ahli tafsir hadits, tetapi dalam kesehariannya dia lebih bernafsu kepada dunia dan memperturutkan syahwat lebih dari orang awam yang ingin menjadi sholeh, dia tidak ikhlas, dia tidak mau membuang kenikmatan yang dia dapat hanya karena embel-embel ulama, sekali lagi u-lama, atau ulama pewaris Nabi ?
Solusi, adalah kembali kepada ajaran yang betul-betul original dari Allah Swt dan Nabi Saw, bila masih belum siap, sampaikan dengan perlahan dan bertahap tetapi bervisi dan berorientasi kepada kemurnian dan keoriginalah Islam, bukan dengan nafsu dan pengkotak-kotakan yang naif, berbeda pendapat adalah boleh asal ada dasar hukumnya, dasar hukum yang original, bukan dari sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Pepatah memang ada benarnya bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Tetapi ada pepatah yang lebih baik dari itu; sesama muslim adalah bersaudara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar