Ijinkan aku mengenangmu, menempatkanmu dihatiku, karena kusadari kau bukanlah miliku, tetapi kau slalu dihatiku, dan aku tahu karena kenangan tiada kan berlalu, karena kenangan tiada kan berlalu.
Mengenalmu adalah sebuah kebetulan yang tidak terduga dan awalnya dalam batas-batas yang sangat wajar, tidak ada kesan yang berlebihan dan mendalam mengenai dirimu. Wajahmu pas-pasan dan tidak ada terdengar merdu suaramu bahkan kurang menarik perhatianku, dan aku juga tidak pernah memikirkanmu sesudah itu.
Dari awal yang biasa kita bergaul dengan semakin intens, bukan intim lho… ternyata dari sekian banyak ketidaktertarikan kepadamu aku menemukan kecocokan, dan mungkin dari cocok itulah kita bisa bertambah akrab, bertambah dekat dan bahkan menjadi sahabat, saling curhat dan berbagi perasaan dan berbagi makanan kadang kala, ketika persahabatan dan keakraban berubah menjadi rasa tertarik, ceritanya akan menjadi lain rumit dan tidak berkesudahan rentetan kejadian yang runyam, seperti konflik pribadi yang menyelimuti murninya persahabatan, perhatian yang semula sebagai seorang sahabat kini menjadi lebih, tetapi dibalik kelebihannya ada kekurangannya, pada waktu bersahabat kita sangat ikhlas tentang semuanya, tidak ada perasaan kita yang meliputi dirinya, tetapi ketika cinta dan ketertarikan sudah menyeruak maka dia akan tidak rela untuk berbagi dengan yang lain, ada semacam perasaan sakit bila dia perhatian kepada orang lain apalagi lawan jenis dari bekas sahabat tadi, ada perasaan sepertinya dia menjadi milik kita dan perasaan yang menyebabkan kita inginkan dia agar sesuai dengan mau kita, selera kita, dalam posesif yang mendalam, sangat disayangkan memang, tetapi demikianlah watak dasar kita sebagai manusia, egois, …..
Aku mengenalmu ketika aku tidak sendiri lagi, dan memang aku sudah punya dua orang anak dan mereka sangat cantik-cantik dan aku juga sangat bahagia dengan keluarga kecil saya itu, apakah anda pernah merasakan seperti yang saya alami ini ? Bertemu seseorang yang mungkin kualitas dan fisiknya berada dibawah pasangan kita tetapi kita sangat cocok dengan orang tersebut, bahkan bisa beberapa saat melupakan anak dan pasangan kita, ini bukan hal yang aneh, tetapi kejadian ini memang menimpaku, aku sudah berusaha untuk menguatkan diriku agar tidak tergoda pada dirinya. Akan tetapi setelah kita dekat dan bercakap-cakap, muncullah itu, perasaan sayang yang menyimpang dan terjadi lagi peristiwa yang diinginkan (maaf disensor).
Namakku Iskan, dan nama tenarnya adalah Iskandar Haddy, yang jelas asal usulnya bukan dari golongan atas tetapi dari golongan yang susah, tetapi raut wajahku jelas bukan raut wajah orang susah, aku selalu ceria, bersyukur dan optimis. Catatan dalam hatiku adalah bila kamu tidak punya uang jangan cemberut, bila kamu lapar jangan mengeluh dan bila kamu punya banyak rejeki berbagilah, sangat mudah hidupku, sangat sederhana pikiranku dan aku jarang berburuk sangka kepada sesama, biarlah mereka menjalani hidup dengan gaya mereka, toh hidup ini tidak punya sesuatu yang gratis, melakukan tindakan barangkali banyak pilihan dan sekehendak hati, juga bebas bagi pelaku, tetapi tidak ada konsekuensi atas tindakan itu yang bebas, kita tidak bisa menentukan konsekuensi dari tindakan yang telah kita lakukan, resiko selalu ada dan resiko pun kita tidak bisa pilih, jadi intinya setiap tindakan harus diperhitungkan masak-masak, agar konsekuensi dan resikonya bisa di perhitungkan, meringankan beban pukulan, semacam itulah. Ini garis hidup, aku dihadapkan pada dilemma, antara hati dan logika, antara cinta dan kemungkinan resiko. Sungguh hati yang telah dibalut cinta adalah menutupi logika yang waspada, seperti saya dengan dua orang anak pasti akan sangat beresiko bila mencintai orang lain selain istri saya, sangat beresiko tinggi dengan imbalan keuntungan yang kecil, itu logika saya, bagaimana dengan hati saya, saya mencintainya dan hati saya terlanjur terpaut padanya, hati saya mengatakan poligami boleh kok, ini sangat menjebakku, saya pendukung poligami, tetapi dalam keadaan saya yang begini apakah pilihan itu jalan terbaik ? Entahlah tetapi aku selalu membohongi diriku untuk tidak memikirkannya, tersenyum dan ceria, optimis ini akan berlalu.
Saya dengan berat hati berusaha meninggalkannya, dua puluh satu hari adalah kebiasaan manusia, bila duapuluh satu hari melakukan hal yang sama, maka itu akan menjadi kebiasaan yang berjalan diotak kita, duapuluh satu hari aku tidak memikirkannya, duapuluh satu hari aku selalu memikirkan putri saya yang lucu dan cantik menurutku, duapuluh satu hari memikirkan indahnya pertemuan dengan istri saya, pengabdian dan pengorbanan istri saya, duapuluh satu hari aku memikirkan resiko dan konsekuensi yang akan menimpa saya bila memaksa untuk tetapi mencintai orang itu.
Aku berhasil dengan sangat susah payah, aku mengakui bahwa melupakan kenangan adalah perjalanan panjang dan memori selalu berbicara untuk mengulang kejadian yang diinginkan tadi, perlahan tetapi pasti, aku sudah merelakan dia sebagai sahabat seperti pertemuan kita yang terdahulu, dia datang padaku hatiku telah menyeting diri untuk menempatkannya di emper hati, bukan diukir di dalamnya, pintu hati untuk persahabatan aku buka, pintu hati untuk mencintainya aku tutup. Namanya aku adabadikan di dalam kenangan saja, dan perlu anda tahu kenangan itu tidak akan aku kenang lagi, itu masa lalu – that’s my past mann…!, jangan diungkit lagi, aku seperti biasa tersenyum dan optimis dengan mencintai keluargaku, membersarkan putriku yang cantik dan memberikan cinta untuk mereka, anak-anakku. Bila dia yang pernah mengisi hatiku datang lagi dan kebetulan atau mungkin masih hidup dalam kenangan itu, aku hanya akan mengatakan, sahabat adalah abadi – kalau kita pelihara – dan mencintai dengan resiko adalah resiko itu sendiri, lupakanlah, masih banyak single untukmu, tentunya dengan bahasa yang tidak menyakiti perasaannya. Contoh, mungkin meleset karena aku laki-laki (perasaanku tidak halus) : anda sangat menarik, cantik dan muda sama seperti putriku yang kelak akan seperti anda, akan banyak pemuda yang menyukai anda bahkan mencintai anda, dan mengharapkan cinta anda dengan sangat besar, sedangkan saya memang meyayangi anda, bukan lagi seperti dulu, saya menyayangi anda sebagai sahabat baik dan dekat, tanpa saya harus memiliki anda, saya bahagia bila anda bahagia, saya sangat khawatir bila anda tidak bahagia, dan pintu terbuka untuk anda, dengan apakah aku bisa membantu anda, sahabatku, saudariku, adikku yang baik ?, begitu kira-kira ucapan yang akan saya sampaikan, walaupun dengan sangat berat hati, tetapi sakit sekarang jauh lebih ringan daripada sakit nanti setelah duapuluh bulan, sangat menyakitkan, karena mencabut pohon baru tumbuh lebih mudah daripada mencabut pohon setelah berakar kuat, itulah…
Jadi, dengan apakah kita melupakan kenangan “manis” dan “beresiko” itu ? Dengan memilih dan memilah setiap kata dan tindakan untuk menjadikan dia dan aku sama-sama bahagia dan tidak sakit hati, masih ada jatah senyum untuk kita berdua, tanpa egois, berbagi dalam kebaikan. Terima kasih.
Iskh@n. – www.hadi_iskan@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar