Tahu dan tempe
Kabarnya tahu dan tempe sangat langka dan dengan langkanya akan menyebabkan pasokan protein bagi kalangan rakyat kecil semakin berkurang dan akan menjadikan penderitaan jangka panjang masyarakat semakin lama dan harapan semakin tipis. Berakhirnya penderitaan yang telah ada saja sangat tidak jelas, tetapi beban demi beban yang terpaksa ditanggung akan semakin berat, kita semua merasakan dan semua memahami, sebatas merasakan dan memahami ? Apakah yang dirasakan oleh orang kaya yang menguasai orang miskin atau apa yang dipahami oleh orang yang selalu memperkaya diri dengan tidak sedikitpun melihat sekitarnya yang penuh dengan keprihatinan ? Kita tidak bisa memvonis orang kaya sebagai orang yang jahat dan sebagai tumpuan kesalahan, karena memang tidak semua orang kaya, hanya beberapa orang kaya yang membuat diri mereka menjadi kaya dengan menguasai dan mengeksploitasi orang lemah disekitarnya, dan sayangnya ini adalah sebagian besar dari mereka, bukan sebaliknya, adalah firman Allah Swt mengingatkan agar kekayaan tidak hanya berputar dikalangan kaya saja, disalurkan dengan infaq, zakat dan sedekah, bukan seperti sekarang bahil, kemaruk dan korupsi ditambah lagi mengeskploitasi semua yang bisa dieksploitasi, termasuk darah dan tenaga kaum lemah dan miskin.
Tahu dan tempe adalah lambang kesederhanaan yang berkualitas, murah yang berkelas dan makanan sehat rakyat jelata yang bisa dan biasa dikonsumsi dengan mudah, atau kalau boleh dikatakan hanya itulah yang terjangkau oleh masyarakat kita pada umumnya (baca : mayoritas yang merupakan rakyat kekurangan kalau tidak mau dibilang miskin), sekarang ada cerita apalagi dengan orang kaya (yang diwakili pejabat pemakan gaji buta, atau pejabat yang tidak kompeten, tepat sekali adalah pejabat yang merasa telah melaksanakan tugas dengan susah payah dan menurutnya berhasil, tetapi kenyataan yang ada hanyalah pejabat yang bodoh, tidak kompeten dan korup serta tidak mengubah apapun, tidak ada tugas yang paripurna), apakah ada rencana mereka buka usaha tempe dan tahu yang merupakan usaha tradisional bagi masyarakat kecil ? Apakah dengan langkanya tahu dan tempe nantinya yang akan menjadi pedagang tempe adalah pejabat juga ? Untuk mengeruk uang rakyat kecil kembali, untuk mengambil sisa-sisa korupsi yang lolos dari tanganya di tempat ia bekerja ? atau uang halal rakyat direbut secara paksa, dengan dalih jualan tempe dan tahu, dengan bengis merebut lahan rakyat kecil ?
Ini perkiraan yang tidak masuk akal, karena pada umumnya mereka tidak mau kerja keras apalagi berjualan tempe dan tahu yang untungnya sangat tidak menggiurkan – recehan – barangkali tidak menitikkan air liur mereka, yang paling senang mereka lakukan adalah menggunakan jalan pintas – potong kompas – dengan meminta ijin impor dari pemerintah dengan berbagai cara kotor untuk kemudian menjadikan kedelai impor sebagai senjata pamungkas untuk memeras rakyat kecil, dengan menimbun dan memblokade setiap kelancaran distribusi, dengan menimbun barang kebutuhan pokok – baca kedelai – dia akan bisa mempermainkan harga yang tidak lazim dan disinilah kebobrokan mereka ditampakkan, dan inilah kebanyakan pemegang amanah penderitaan rakyat (baca : pejabat, dan kroninya) bermain.
Atau tahu dan tempe akan punah di negeri ini ? Aku tidak rela, apakah tanah kita tidak cukup subur untuk bertanam kedelai ? Ataukah tidak mungkin pupuk diturunkan, pembasmi hama diturunkan guna mempertahankan produksi kedelai yang pasti bisa berlimpah dinegara ini, Indonseia yang sangat subur. Tulisan terakhir ini adalah solusi dari pertanyaanku yang mungkin mengandung maksud yang tidak terpuji, menghujat, menuduh dan memperolok sebagian pejabat, dan menyinggung perasaan pejabat yang lurus, dan saya tidak ada sedikitpun hati untuk menyakiti siapapun, seandainya ada pejabat yang saya sebutkan diatas ( buruk, korup dan inkompeten)– mengertilah aku mengetuk hatimu, mumpung sedang menjabat dan bisa berbuat banyak serta baik, untuk segera sadar dan melakukan sesuatu yang bisa menyelamatkan dirimu dan orang banyak, dengan melaksanakan hati nurani yang tersisa – atau kalau pejabat yang jujur – mengertilah aku menguatkan tekad dan maksud baikmu bahwa prasangkaku salah, anda tidak demikian, anda pejabat yang ikhlas dan bisa menghadap Allah Swt dengan tidak was-was, karena melaksanakan semua amanah yang kalian emban, aku turut berdoa untuk anda semua pejabat baik, kekasih Allah Swt – bahwa kita memang sudah menemui zaman yang sulit, jangan lagi ada yang dipersulit, apalagi menggunakan kesempatan sulit ini untuk mengeruk keuntungan pribadi dan golongan, sangat tidak terpuji.
Marilah dalam hal ini semua dari kita tidak perlu menyalahkan orang lain, kita berdoa bersama dan menyadari, KITA berada diatas negeri yang subur makmur, mengapa kita bisa seperti ayam mati dilumbung padi ? Menyedihkan dan mengherankan, apakah sawah dan ladang sesubur ini tidak bisa menghasilkan kedelai barang satu ton sehektarnya ? Atau satu kuintal atau satu kilo perhektarnya ? Apakah kita tidak bisa mencontoh negara lain yang lebih menyadari dirinya sebagai bangsa yang merdeka dalam arti yang sebenarnya ? Surplus dan swasembada pangan adalah impian yang pernah kita rasakan di era 80 an, apakah itu muskil untuk dilaksanakan saat ini ?
Kita bangsa yang ramah lingkungan tetapi mengapa kini hal itu dilupakan ? Kita bangsa pejuang mengapa semangat ini dimatikan ? Kita bangsa agraris mengapa identitas ini kita singkirkan ? Kita bangsa terhormat mengapa kehormatan kita kusamkan ? Jadilah jatidiri bangsa yang benar besar dan besar benar-benar. Setiap kejadian ada hikmahnya bila kita mau mengambilnya. Ayo kita menjadi bangsa yang mandiri secepatnya, bukan mulai dari mana dan dari siapa, tetapi mulailah dari sekarang dan tiap pribadilah yang melakukannya, selamat berjuang, selamat berjuang Allah Swt menyertai dan mengkabulkan usaha kita.
Depok medio Januari 2008
Iskh@n.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar