Jumat, 16 Desember 2011
Rabu, 14 Desember 2011
BAKAR DIRI SONDANG
SUDAH SEPARAH ITUKAH NEGERI INI
Pertanyaan saya adalah pertanyaan yang tidak perlu mendapat jawaban, mengapa karena kita semua telah mengetahui bahkan merasakan apa-apa yang mendiang SONDANG rasakan. Hanya kita sebagai rakyat kecil tidak ada pengaruh yang signifikan mengenai hal tersebut. Kita hanya bisa berbela sungkawa, menitikkan air mata, dan mendoakan arwahnya. Padahal kita tahu arti dari "nyawa", betapa berartinya bagi semua individu, nyawa adalah garansi eksistensi kita di alam fana ini, dan bila sesuatu yang sangat berharga adalah dianggap sebanding - oleh SONDANG - maka bisa dipikirkan bahwa tidak ada pilihan antara hidup dengan mati. Artinya betapa buruknya kehidupan - berbangsa dan bernegara ini dalam kancah logika - sehingga ada yang berani menukar nyawa yang satu-satunya dengan kehidupan yang setara. Setara disini adalah mati lebih baik daripada hidup dalam keadaan yang carut nan marut.
INSPIRASI ATAU PRVOKASI
Kematian martir itu memang menjadi tanda tanya bagi saya pribadi, apakah ini sebuah "ledakan" isnpirasi bagi sesama atau malah sebuah PROVOKASI untuk jalannya sebuah REVOLUSI ? Tidak sesederhana itu tentunya. Dan kita tidak bisa membiarkan kematian dari pembela negara ini sia-sia. Terlihat dengan kasat mata pula disamping praduga yang saya sampaikan - ledakan inspirasi atau malah provokasi - tetapi yang saya lihat secara lebih logis, bahwa dia merupakan satu dari ratusan, ribuan atau bahkan mewakili rakyat kecil pada umumnya akan KEPUTUS-ASAAN yang telah AKUT. Tetapi sekali lagi semua harus dipandang dengan sudut yang bijaksana, sudut hati nurani dan bukan sudut kepongahan dan buta hati.
SEMUA (ORANG) AKAN MATI
Kekuasaan dan orang sekuat apapun pasti akan ditelan waktu, bergeser bersama sejarah yang meninggalkan generasi berikutnya. Jadi sangatlah tidak bijaksana bila menilai sebuah usaha dari ledakan keputusasaan ditanggapi dengan kecurigaan yang berbau politis, ini lebih ke hati nurani dari para pengemban amanah penderitaan rakyat, pengamban mandat yang diberikan rakyat, pengemban tanggung jawab yang dianugerahkan Allah swt kepada mereka, yakni para pemimpin. Sudah sewajarnya mereka menyadari bahwa mereka tidak akan kekal dalam memegang tampuk kekuasaan, kursi kepemimpinan, nah bagaimana jalan keluar terbaik bila ada dari salah satu masyarakat yang dipimpinnya melakukan hal yang sangat memprihatinkan tersebut. Yang merupakan cerminan dari amanah yang ditunaikan, bernas ataukah rakyat kurang puas. Adalah hati nurani yang bisa membuat pertimbangan yang masuk akal dan diterima hati. Akan tetapi apakah masih ada pengemban amanah yang bisa belajar dari sejarah, bahwa mereka tidak akan kekal di bumi ini ? Yang menyadari bahwa manusia mati akan meninggalkan nama baik ? Tidak perlu bertanya apalagi marah, mawas diri dari kejadian-kejadian yang ada dan sejarah dimasa lalu. Seorang Fir'aun saja binasa ditelan waktu, apatah kita manusia kontemporer yang tampuk dan kursinya tidak semegah Fir'aun. Bisakah anda bayangkan permintaan hati SONDANG yang ditukar dengan ruh kebebasannya ?
Pertanyaan saya adalah pertanyaan yang tidak perlu mendapat jawaban, mengapa karena kita semua telah mengetahui bahkan merasakan apa-apa yang mendiang SONDANG rasakan. Hanya kita sebagai rakyat kecil tidak ada pengaruh yang signifikan mengenai hal tersebut. Kita hanya bisa berbela sungkawa, menitikkan air mata, dan mendoakan arwahnya. Padahal kita tahu arti dari "nyawa", betapa berartinya bagi semua individu, nyawa adalah garansi eksistensi kita di alam fana ini, dan bila sesuatu yang sangat berharga adalah dianggap sebanding - oleh SONDANG - maka bisa dipikirkan bahwa tidak ada pilihan antara hidup dengan mati. Artinya betapa buruknya kehidupan - berbangsa dan bernegara ini dalam kancah logika - sehingga ada yang berani menukar nyawa yang satu-satunya dengan kehidupan yang setara. Setara disini adalah mati lebih baik daripada hidup dalam keadaan yang carut nan marut.
INSPIRASI ATAU PRVOKASI
Kematian martir itu memang menjadi tanda tanya bagi saya pribadi, apakah ini sebuah "ledakan" isnpirasi bagi sesama atau malah sebuah PROVOKASI untuk jalannya sebuah REVOLUSI ? Tidak sesederhana itu tentunya. Dan kita tidak bisa membiarkan kematian dari pembela negara ini sia-sia. Terlihat dengan kasat mata pula disamping praduga yang saya sampaikan - ledakan inspirasi atau malah provokasi - tetapi yang saya lihat secara lebih logis, bahwa dia merupakan satu dari ratusan, ribuan atau bahkan mewakili rakyat kecil pada umumnya akan KEPUTUS-ASAAN yang telah AKUT. Tetapi sekali lagi semua harus dipandang dengan sudut yang bijaksana, sudut hati nurani dan bukan sudut kepongahan dan buta hati.
SEMUA (ORANG) AKAN MATI
Kekuasaan dan orang sekuat apapun pasti akan ditelan waktu, bergeser bersama sejarah yang meninggalkan generasi berikutnya. Jadi sangatlah tidak bijaksana bila menilai sebuah usaha dari ledakan keputusasaan ditanggapi dengan kecurigaan yang berbau politis, ini lebih ke hati nurani dari para pengemban amanah penderitaan rakyat, pengamban mandat yang diberikan rakyat, pengemban tanggung jawab yang dianugerahkan Allah swt kepada mereka, yakni para pemimpin. Sudah sewajarnya mereka menyadari bahwa mereka tidak akan kekal dalam memegang tampuk kekuasaan, kursi kepemimpinan, nah bagaimana jalan keluar terbaik bila ada dari salah satu masyarakat yang dipimpinnya melakukan hal yang sangat memprihatinkan tersebut. Yang merupakan cerminan dari amanah yang ditunaikan, bernas ataukah rakyat kurang puas. Adalah hati nurani yang bisa membuat pertimbangan yang masuk akal dan diterima hati. Akan tetapi apakah masih ada pengemban amanah yang bisa belajar dari sejarah, bahwa mereka tidak akan kekal di bumi ini ? Yang menyadari bahwa manusia mati akan meninggalkan nama baik ? Tidak perlu bertanya apalagi marah, mawas diri dari kejadian-kejadian yang ada dan sejarah dimasa lalu. Seorang Fir'aun saja binasa ditelan waktu, apatah kita manusia kontemporer yang tampuk dan kursinya tidak semegah Fir'aun. Bisakah anda bayangkan permintaan hati SONDANG yang ditukar dengan ruh kebebasannya ?
Jumat, 25 November 2011
POLA PIKIR YANG USANG
Jaman orde lama dan orde baru
Kebanyakan dari kita - baca saya - yang lahir tahun 70 an adalah bahwa orientasi dari belajar di lembaga pendidikan formal maupun tidak formal adalah membentuk diri kami menjadi para birokrat dan pejabat atau pegawai negeri atau ambtenaar. Ini tidak bisa dipungkiri sebab jaman itu para pejabat kelihatan wah, peryayi dan statusnya bergengsi. Jaman berganti tahun 80 an pola pikir usang itu pun tidak jua terkikis, kita dijadikan oleh propaganda media masa untuk menjadi pegawai swasta terutama pegawai bank yang saat itu kelihatan sangat menjanjikan. Dan seterusnya
Pola Pikir Yang Membahayakan
Saya tidak bisa mengatakan pola pikir menjadi pegawai negeri adalah seratus persen membahayakan - ini penting juga kalau tidak ada yang menjadi PNS lalu negara ini bagaimana? - yang saya maksud adalah bahwa bila kita semua terutama pemudanya berpikir hanya untuk menjadi PNS yang sekarang pun tidak ada pensiun di hari tua, maka besar kemungkinan negeri ini adalah negeri yang mundur. Mengapa ? bukti otentik yang menjadikan banyaknya korupsi adalah karena pemikiran mereka yang dibingkai sebagai PEGAWAI - walaupun sampai eselon satu - jadi masih ada atasan-masih ada atasan, sehingga kemandirian dari cara berpikir dan bentindak seolah-olah tidak ada resiko yang dipikulnya seratus persen, masih ada atasan saya ini.... begitu kira-kira. Nah karena hal tersebut diatas maka pemikiran kita akan menjadi sebuah pemikiran yang tidak berkembang, menjadikan banyak sekali penyimpangan, menjadi banyak sekali KKN yang mana ini menjadikan bangsa ini terpuruk berpuluh-puluh tahun. Lalu bagaimana yang seharusnya ? Mencintai bangsa dan negara adalah penting dan sangat baik, tetapi wujud dari mencintai tidak selalu harus menjadi pegawai negeri bukan ?
Jiwa Wirausaha Harus Segera Ditanamkan Dari Usia Dini
Akhlak harus ditanamkan dari usia dini, karena yang membedakan manusia dengan hewan hanyalah akhlak, yang melingkupi pikiran dan perbuatan yang terpuji. demikian pula dengan jiwa wirausaha haruslah dikenalkan dan ditanamkan sejak dari pendidikan usia dini, ini pastilah akan menjadi kabar baik dimasa depan bangsa Indonesia. Bisa kita mengandaikan akan begitu banyak manusia kreatif yang tidak merugikan bangsanya, akan sangat kompetitif bangsa ini di dunia internasional, akan sangat sedikit korupsi yang melanda bangsa ini, akan sedikit partai politik yang korup seperti sekarang ini, priyayi dan ambtenaar akan kehilangan wibawanya karena anak-anak kita dimasa depan adalah para pemikir ulung, pengusaha muda dan para penemu yang tidak mengikatkan dirinya pada atasanya. Saat saya masih kecil yang terpola adalah setelah saya lulus sekolah akan "bekerja" dimana ? Pabrik mana, bank mana, bengkel mana dan lain sebagainya. Bisakah kita merubahnya sedikit pola pikir usang tersebut dengan mengatakan, selama saya sekolah saya akan sambil belajar untuk mandiri, jadi setelah lulus saya akan mempunyai gerai, bengkel, toko dan usaha sendiri. Apakah ini sebuah kemungkinan ? atau kita sebagai yang tua-tua selalu memadamkannya ? Kalau ditanyakan kepada anak anda, kalau sudah lulus dari fakultas teknik mesin UI anak anda mau bekerja sebagai direktur di PT apa ataukah mau membuka dan memiliki pabrik motor apa ? Sudah barang tentu jawaban nomor satu yang anda temukan. Ini tidak istimewa karena pola pikir kita yang selalu ingin menjadi bawahan, pola pikir kita yang ingin selalu menantang dan menanggung resiko yang kecil, pengecut dan ingin bergaya seperti yang di tv-tv, eskekutif muda, bergaya hidup kantoran dan lain sebagainya. Setinggi apapun jabatan seorang pegawai mereka adalah tetap saja kuli. Jajaran staf sampai dengan eselon satu, apakah mereka bukan kuli ? Jadi bila jawaban yang kedua pastilah kita sebagai orang tua akan mengatakan anak kita yang cumlaude di UI dengan jurusan teknik mesin itu sebagai PENGHAYAL. Dan ini memang sebuah realitas. Lho kok gitu ? Sebab sistem yang dibentuk disini adalah memang sistem FEODALISME, NEOLIBERALISME yang jelas "menghilangkan" kesempatan bagi orang yang ingin bermimpi lebih, atau berpikiran idealis.
Multi Partai dan Pengaruhnya Kepada Pola Pikir Usang Feodalis
Multi partai dinegeri ini memang wujud dari demokrasi yang bebas, akan tetapi tahun 1955 telah membuktikan bahwa multi partai - apalagi yanb jor-joran semacam sekarang - sudah terbukti dalam sejarah adalah GAGAL, mengapa mereka menerapkannya lagi ? Seolah tulisan saya ini menyimpang ya ? Tidak saudara saya melihat ada keterkaitan antara pola pikir usang feodalis - yang menghambat kemajuan bangsa ini - masih dipakai oleh para pendiri partai tersebut. Mereka akan menjadi ambtenaar dan pejabat yang harus dilayani dan mempunyai status sosial yang menurut mereka tinggi. Jalan pintas dan jalan tol menuju itu adalah dengan aktif di partai atau mendirikan partai. Nah multi partai sudah terbukti sejarah adalah GAGAL akan tetapi yakinlah selama pola pikir usang ini tetap kita pakai, negeri ini tidak ada akan maju walau setapak kedepan. Yang ada hanya muncul koruptor-koruptor baru, yang mengerikan adalah akan terjadi revolusi sosial - semoga saja tidak akan terjadi - pola pikir ini menjadikan bangsa ini bangsa yang terlilit hutang, tidak mandiri dan konsumtif.
Solusi
Solusi sudah jelas, dari skup terkecil yakni keluarga, buang jauh-jauh pola pikir penjajah belanda yakni feodalisme (tuan tanah / priyayi) dan ganti dengan pemikiran wirausaha. Ganti multi partai yang jor-joran dengan mereduksi dan menggabungkan partai yang kurang lebih sama untuk membuat Anggaran belanja menjadi kecil, buatlah partai OPOSISI yang kuat dan memihak rakyat dan jalannya pemerintahan dengan benar. Tunggulah apa yang akan ditemukan anak-anak kita dimasa depan, motor listrik, tenaga surya yang murah, tenaga air untuk mobil, tanaman organik yang unggul, mesin-mesin atau akan lebih banyak lagi pengusaha muda yang berhasil. Kita tunggu bersama.
Kebanyakan dari kita - baca saya - yang lahir tahun 70 an adalah bahwa orientasi dari belajar di lembaga pendidikan formal maupun tidak formal adalah membentuk diri kami menjadi para birokrat dan pejabat atau pegawai negeri atau ambtenaar. Ini tidak bisa dipungkiri sebab jaman itu para pejabat kelihatan wah, peryayi dan statusnya bergengsi. Jaman berganti tahun 80 an pola pikir usang itu pun tidak jua terkikis, kita dijadikan oleh propaganda media masa untuk menjadi pegawai swasta terutama pegawai bank yang saat itu kelihatan sangat menjanjikan. Dan seterusnya
Pola Pikir Yang Membahayakan
Saya tidak bisa mengatakan pola pikir menjadi pegawai negeri adalah seratus persen membahayakan - ini penting juga kalau tidak ada yang menjadi PNS lalu negara ini bagaimana? - yang saya maksud adalah bahwa bila kita semua terutama pemudanya berpikir hanya untuk menjadi PNS yang sekarang pun tidak ada pensiun di hari tua, maka besar kemungkinan negeri ini adalah negeri yang mundur. Mengapa ? bukti otentik yang menjadikan banyaknya korupsi adalah karena pemikiran mereka yang dibingkai sebagai PEGAWAI - walaupun sampai eselon satu - jadi masih ada atasan-masih ada atasan, sehingga kemandirian dari cara berpikir dan bentindak seolah-olah tidak ada resiko yang dipikulnya seratus persen, masih ada atasan saya ini.... begitu kira-kira. Nah karena hal tersebut diatas maka pemikiran kita akan menjadi sebuah pemikiran yang tidak berkembang, menjadikan banyak sekali penyimpangan, menjadi banyak sekali KKN yang mana ini menjadikan bangsa ini terpuruk berpuluh-puluh tahun. Lalu bagaimana yang seharusnya ? Mencintai bangsa dan negara adalah penting dan sangat baik, tetapi wujud dari mencintai tidak selalu harus menjadi pegawai negeri bukan ?
Jiwa Wirausaha Harus Segera Ditanamkan Dari Usia Dini
Akhlak harus ditanamkan dari usia dini, karena yang membedakan manusia dengan hewan hanyalah akhlak, yang melingkupi pikiran dan perbuatan yang terpuji. demikian pula dengan jiwa wirausaha haruslah dikenalkan dan ditanamkan sejak dari pendidikan usia dini, ini pastilah akan menjadi kabar baik dimasa depan bangsa Indonesia. Bisa kita mengandaikan akan begitu banyak manusia kreatif yang tidak merugikan bangsanya, akan sangat kompetitif bangsa ini di dunia internasional, akan sangat sedikit korupsi yang melanda bangsa ini, akan sedikit partai politik yang korup seperti sekarang ini, priyayi dan ambtenaar akan kehilangan wibawanya karena anak-anak kita dimasa depan adalah para pemikir ulung, pengusaha muda dan para penemu yang tidak mengikatkan dirinya pada atasanya. Saat saya masih kecil yang terpola adalah setelah saya lulus sekolah akan "bekerja" dimana ? Pabrik mana, bank mana, bengkel mana dan lain sebagainya. Bisakah kita merubahnya sedikit pola pikir usang tersebut dengan mengatakan, selama saya sekolah saya akan sambil belajar untuk mandiri, jadi setelah lulus saya akan mempunyai gerai, bengkel, toko dan usaha sendiri. Apakah ini sebuah kemungkinan ? atau kita sebagai yang tua-tua selalu memadamkannya ? Kalau ditanyakan kepada anak anda, kalau sudah lulus dari fakultas teknik mesin UI anak anda mau bekerja sebagai direktur di PT apa ataukah mau membuka dan memiliki pabrik motor apa ? Sudah barang tentu jawaban nomor satu yang anda temukan. Ini tidak istimewa karena pola pikir kita yang selalu ingin menjadi bawahan, pola pikir kita yang ingin selalu menantang dan menanggung resiko yang kecil, pengecut dan ingin bergaya seperti yang di tv-tv, eskekutif muda, bergaya hidup kantoran dan lain sebagainya. Setinggi apapun jabatan seorang pegawai mereka adalah tetap saja kuli. Jajaran staf sampai dengan eselon satu, apakah mereka bukan kuli ? Jadi bila jawaban yang kedua pastilah kita sebagai orang tua akan mengatakan anak kita yang cumlaude di UI dengan jurusan teknik mesin itu sebagai PENGHAYAL. Dan ini memang sebuah realitas. Lho kok gitu ? Sebab sistem yang dibentuk disini adalah memang sistem FEODALISME, NEOLIBERALISME yang jelas "menghilangkan" kesempatan bagi orang yang ingin bermimpi lebih, atau berpikiran idealis.
Multi Partai dan Pengaruhnya Kepada Pola Pikir Usang Feodalis
Multi partai dinegeri ini memang wujud dari demokrasi yang bebas, akan tetapi tahun 1955 telah membuktikan bahwa multi partai - apalagi yanb jor-joran semacam sekarang - sudah terbukti dalam sejarah adalah GAGAL, mengapa mereka menerapkannya lagi ? Seolah tulisan saya ini menyimpang ya ? Tidak saudara saya melihat ada keterkaitan antara pola pikir usang feodalis - yang menghambat kemajuan bangsa ini - masih dipakai oleh para pendiri partai tersebut. Mereka akan menjadi ambtenaar dan pejabat yang harus dilayani dan mempunyai status sosial yang menurut mereka tinggi. Jalan pintas dan jalan tol menuju itu adalah dengan aktif di partai atau mendirikan partai. Nah multi partai sudah terbukti sejarah adalah GAGAL akan tetapi yakinlah selama pola pikir usang ini tetap kita pakai, negeri ini tidak ada akan maju walau setapak kedepan. Yang ada hanya muncul koruptor-koruptor baru, yang mengerikan adalah akan terjadi revolusi sosial - semoga saja tidak akan terjadi - pola pikir ini menjadikan bangsa ini bangsa yang terlilit hutang, tidak mandiri dan konsumtif.
Solusi
Solusi sudah jelas, dari skup terkecil yakni keluarga, buang jauh-jauh pola pikir penjajah belanda yakni feodalisme (tuan tanah / priyayi) dan ganti dengan pemikiran wirausaha. Ganti multi partai yang jor-joran dengan mereduksi dan menggabungkan partai yang kurang lebih sama untuk membuat Anggaran belanja menjadi kecil, buatlah partai OPOSISI yang kuat dan memihak rakyat dan jalannya pemerintahan dengan benar. Tunggulah apa yang akan ditemukan anak-anak kita dimasa depan, motor listrik, tenaga surya yang murah, tenaga air untuk mobil, tanaman organik yang unggul, mesin-mesin atau akan lebih banyak lagi pengusaha muda yang berhasil. Kita tunggu bersama.
Sabtu, 10 September 2011
KEBANGKITAN (ISLAM) INDONESIA
KEBANGKITAN ISLAM INDONESIA
Sebetulnya kebangkitan Islam Indonesia seharusnya sudah mulai pada awal abad ke 21, sekitar tahun 2000 an lalu, akan tetapi kita mengetahui semuanya bahwa sebelum tahun itu tepatnya tahun 1998, kita malah menjadi bangsa yang sangat terpuruk dalam segala hal. Kebangkitan yang seharusnya sudah mulai menapaki masa satu dekade - sepuluh tahun - malah tidak kunjung datang atau kalau saya boleh berpendapat semakin lama semakin jauh dari harapan, terwujudnya kebangkitan Islam tadi. Apakah kebangkitan Islam ini hanya sekedar wacana atau harapan hampa ? Banyak yang mengatakan bahwa memang dalam abad-abad ini ummat Islam akan kembali memegang kendali dunia, akan tetapi bila semua ummat tidak mau dekat-dekat dengan syariah dan Al-Qur'an, saya bisa memastikan ummat ini secara jelas tidak mungkin akan memegang kendali dunia. Dengan kata lain bila kita telah meninggalkan Allah Swt dan Rasul Nya, meninggalkan Al-Qur'an dan Assunah mana mungkin kita akan menjadi manusia pilihan yang bisa menjadi pengayom dunia, tidak mungkin. Sebab undang-undang yang dibuat manusia tidaklah meneyeluruh dan tidaklah sempurna malah cenderung sesat dan menuruti hawa nafsu saja yang jelas adalah temporer, sementara waktu saja, sepanjang yang membuat undang-undang masih menjalankan kekuasaannya. Bila pembuat undang-undang mati dan dengan berjalannya waktu maka undang-undang atau isme tersebut akan tidak relevan lagi dan hilang diganti undang-undang (isme) yang lain.
TIDAK AKAN TERJADI DENGAN MUDAH
Kebangkitan Islam tidak akan terjadi dengan begitu mudah, tahu-tahu bangkit begitu saja, tidak saudaraku. Semua ada jalan dan semua ada usahanya.
Sesungguhnya sesudah kesukaran ada kemudahan, itu yang harus kita yakini untuk membuat sebuah perubahan dan membuat optimis tetap pada jalurnya. Tidak ada sebuah tatanan yang adiluhung dibuat dengan tidak sungguh-sungguh (jihad) dan tidak akan ada kebangkitan ummat Islam ini dengan tidak menggunakan pendidikan seperti yang diajarkan Rasulullah Muhammad Saw, tidak ada. Jadi pendidikan yang paling mendasar adalah ketahuidan,lalu moral dan akhlak dan setelah itu merambah yang lain, persatuan dan terakhir sains dan teknologi. Yang paling penting adalah membangun (mindset=pola pikir) manusianya terlebih dahulu, setelah itu yang lain.Kita tidak bisa meremehkan hambatan dan gangguan bahkan tantangan dan tentangan yang akan dilakukan oleh status quo yang menginginkan ummat Islam selalu terbelakang, datangnya bisa dari dalam kalangan muslim sendiri ataupun dari kalangan luar muslim, dan ini jelas bukan perkara yang mudah. Dalam membangun manusia sebenarnya kita harus mencontoh Nabi kita, bertahap bukan spontan dan instan - yang biasa kita lakukan di negeri ini, selalu ingin cepat mendapatkan hasil, serba kilat dan takut serta benci akan proses yang matang - setelah saya menuliskan opini ini, semoga kita bisa mencapai apa yang kita rindukan bersama, kebangkitan Islam.
SOLUSI
Kebangkitan Islam dimulai dari MANUSIANYA (KAUM MUSLIMIN) secara perorangan, setelah perorangan memperbaiki keislamannya, ketauhidannya,akhlaknya, lalu ditularkan kepada keluarganya, ditularkan kepada tingkat yang lebih luas, desa, kabupaten meluas menjadi negara, setelah negara meluas menjadi dunia. Dan bila itu terjadi maka tidaklah sulit kebangkitan Islam Indonesia memicu kebangkitan Islam dunia. Tentu saja semua dengan Izin Allah Swt, bila akhlak, iman dan ketauhidan masing-masing Individu dibumi nusantara ini bagus, maka rahmat Allah Swt akan datang dari langit dan bumi. Menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun Ghaffuur. Kapan itu terlaksana ? pasti bila kita tidak menjauhi Allah Swt dan Rasul Nya, berpijak kepada Al-Qur'an dan Assunah. Semoga.
Sebetulnya kebangkitan Islam Indonesia seharusnya sudah mulai pada awal abad ke 21, sekitar tahun 2000 an lalu, akan tetapi kita mengetahui semuanya bahwa sebelum tahun itu tepatnya tahun 1998, kita malah menjadi bangsa yang sangat terpuruk dalam segala hal. Kebangkitan yang seharusnya sudah mulai menapaki masa satu dekade - sepuluh tahun - malah tidak kunjung datang atau kalau saya boleh berpendapat semakin lama semakin jauh dari harapan, terwujudnya kebangkitan Islam tadi. Apakah kebangkitan Islam ini hanya sekedar wacana atau harapan hampa ? Banyak yang mengatakan bahwa memang dalam abad-abad ini ummat Islam akan kembali memegang kendali dunia, akan tetapi bila semua ummat tidak mau dekat-dekat dengan syariah dan Al-Qur'an, saya bisa memastikan ummat ini secara jelas tidak mungkin akan memegang kendali dunia. Dengan kata lain bila kita telah meninggalkan Allah Swt dan Rasul Nya, meninggalkan Al-Qur'an dan Assunah mana mungkin kita akan menjadi manusia pilihan yang bisa menjadi pengayom dunia, tidak mungkin. Sebab undang-undang yang dibuat manusia tidaklah meneyeluruh dan tidaklah sempurna malah cenderung sesat dan menuruti hawa nafsu saja yang jelas adalah temporer, sementara waktu saja, sepanjang yang membuat undang-undang masih menjalankan kekuasaannya. Bila pembuat undang-undang mati dan dengan berjalannya waktu maka undang-undang atau isme tersebut akan tidak relevan lagi dan hilang diganti undang-undang (isme) yang lain.
TIDAK AKAN TERJADI DENGAN MUDAH
Kebangkitan Islam tidak akan terjadi dengan begitu mudah, tahu-tahu bangkit begitu saja, tidak saudaraku. Semua ada jalan dan semua ada usahanya.
Sesungguhnya sesudah kesukaran ada kemudahan, itu yang harus kita yakini untuk membuat sebuah perubahan dan membuat optimis tetap pada jalurnya. Tidak ada sebuah tatanan yang adiluhung dibuat dengan tidak sungguh-sungguh (jihad) dan tidak akan ada kebangkitan ummat Islam ini dengan tidak menggunakan pendidikan seperti yang diajarkan Rasulullah Muhammad Saw, tidak ada. Jadi pendidikan yang paling mendasar adalah ketahuidan,lalu moral dan akhlak dan setelah itu merambah yang lain, persatuan dan terakhir sains dan teknologi. Yang paling penting adalah membangun (mindset=pola pikir) manusianya terlebih dahulu, setelah itu yang lain.Kita tidak bisa meremehkan hambatan dan gangguan bahkan tantangan dan tentangan yang akan dilakukan oleh status quo yang menginginkan ummat Islam selalu terbelakang, datangnya bisa dari dalam kalangan muslim sendiri ataupun dari kalangan luar muslim, dan ini jelas bukan perkara yang mudah. Dalam membangun manusia sebenarnya kita harus mencontoh Nabi kita, bertahap bukan spontan dan instan - yang biasa kita lakukan di negeri ini, selalu ingin cepat mendapatkan hasil, serba kilat dan takut serta benci akan proses yang matang - setelah saya menuliskan opini ini, semoga kita bisa mencapai apa yang kita rindukan bersama, kebangkitan Islam.
SOLUSI
Kebangkitan Islam dimulai dari MANUSIANYA (KAUM MUSLIMIN) secara perorangan, setelah perorangan memperbaiki keislamannya, ketauhidannya,akhlaknya, lalu ditularkan kepada keluarganya, ditularkan kepada tingkat yang lebih luas, desa, kabupaten meluas menjadi negara, setelah negara meluas menjadi dunia. Dan bila itu terjadi maka tidaklah sulit kebangkitan Islam Indonesia memicu kebangkitan Islam dunia. Tentu saja semua dengan Izin Allah Swt, bila akhlak, iman dan ketauhidan masing-masing Individu dibumi nusantara ini bagus, maka rahmat Allah Swt akan datang dari langit dan bumi. Menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun Ghaffuur. Kapan itu terlaksana ? pasti bila kita tidak menjauhi Allah Swt dan Rasul Nya, berpijak kepada Al-Qur'an dan Assunah. Semoga.
Minggu, 08 Mei 2011
Berbicara Mengenai (aib) Pemerintah Apakah Itu Ghibah ?
GHIBAH KAH INI?
Saya akan membicarakan "aib" bangsa sendiri ditengah ketidaknyamanan hati yang memang tidak pernah mau menerima keadaan "muram" bangsa ini, sakit berkepanjangan dan komplikasi antara KKN dan Mafia-mafia peradilan dan hukum, serta berbagai persoalan yang tidak pernah selesai menjadi sebuah X-filesssssss,....yang mana saya mengatakan apakah saya meng-ghibah - negara sendiri itu sebuah kesalahan atau dosa ?
Tidak ada maksud lain selain membuat negeriku ini menggeliat dan mencampakkan kemuramannya menjadi negeri yang bergairah dan semangat dalam memeperbaiki semua kekurangan dan keterbelakangan yang dialami saat ini. Bukan menunjuk seorang atau perorangan yang menyebabkan bangsa ini menjadi begini, akan tetapi saya menunjuk ke sebuah persona yang saya gambarkan sebagai perwujudan diri yang seharusnya mengemban amanah dari rakyat, dan ternyata mereka lalai dari hal itu.Baca tidak amanah.
Yang mendasar dari sebuah negara adalah membuat rakyatnya makmur dan tidak membuat rakyatnya sengsara, demikian pula di negara kita yang tercinta ini. Tidak dipungkiri bahwa negeri ini memang belum makmur merata, yang makmur hanya sebagian kecil dan sayangnya tidak semua yang makmur mau berbagi dengan yang tidak makmmur. Itu memang persoalan manusia, dan persoalan manusia yang paling dekat dengan kita adalah persoalan manusia indonesia, ya dimana kita tinggal tempat tumpahdarah kita yang akan menjadikan kita sebagai penghasil generasi yaitu indonesia tercinta, persoalan yang seharusnya tidak akan kita berikan kepada anak cucu kita yang belum lahir. Mereka adalah emas yang terpendam yang belum terlihat dan menjadi sebuah harapan yang sangat besar bagi kita. Adalah sangat menjadi berdosa atau minimal malu bila kita sebagai "pedahulu" mewariskan "persoalan dan kesengsaraan" kepada mereka yang tidak tahu salah dan dosa, mereka yang baru lahir dan mereka yang tidak melakukan tindakan akan tetapi merasakan akibat dari tindakan pendahulunya. Dan sebagai bangsa yang mempunyai pemerintahan ini saya menilainya sebagai aib, dan bagi yang masih punya hati mempunyai aib pastinya malu dan tidak nyenyak tidur. Apakah mungkin tidak ada orang yang memerintah yang mempunyai visi atau minimal mempunyai angan-angan ingin meringankan beban bagi generasi penerusnya. Jangan menjadi bangsa yang "merintis" sepanjang masa. Kapan berkembangnya bila merintis terus. Dan kalau kita sebagai negara berkembang 'sepenjang masa" pertanyaan saya kapan negara ini menjadi MAJU ? Tidak bisa dipungkiri bahwa para pengemban amanah tidak malu pada aib yang disandangnya dan tidak :mencintai: generasi yang akan datang atau bahkan yang belum lahir. Padahal disana ada cucu mereka, ada cicit mereka ada anak dan generasi mereka, yang bersama-sama dengan anak bangsa dan generasi bangsa yang belum lahir memanti "beban yang berat" yang dipikulkan kepada mereka. Satu kata lagi, apakah yang bisa anda buat hanya persoalan dan beban, kapan anda akan membuat SOLUSI dan WARISAN KESUKSESAN ?
BERAT MEMBICARAKAN AIB ORANG LAIN
Membicarakan aib orang lain memang mengasyikkan, lihat saja acara televisi kita, aib-aib-aib jadi favorit, gosip-gosip-gosip memiliki rating yang tinggi, saya sendiri bukan penonton televisi yang baik,jadi dalam sebulan barang kali hanya menonton seminggu atau kurang dari itu. Manfaat dan mudharat nya begitu jomplang. Melihat sedikit kesenangan (hiburan) akan tetapi membuang waktu yang sangat bermanfaat dan pikiran kita terus terang terracuni. Bahwa membicarakan aib orang lain memang sudah terjadi sejak jaman dahulu ternyata Rasulullah Saw pun memberi kita wasiat agar tidak mengghibah - menggunjing. Sebab menggunjing itu bisa menimbulkan fitnah bila gunjingannya tidak benar, dan bila benar itu tidak menyenangkan bila terdengar oleh orang yang tergunjing, diibaratkan dengan sangat berat dan menjijikannya menggunjing itu yakni makan bangkai saudaranya. Allahu Akbar. Lalu bagaimana membicarakan aib negara sendiri ? Sebernarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa membicarakan aib bangsa dan negara ini sebuah simbol dari kepedulian kita sebagai bangsa, keprihatinan kita sebagai rakyat dan kecintaan kita sebagai bangsa yang mendiami negara yang sama. Menggunjing bukan sebuah pembetontakan atau kudeta. Membuat sebuah pengaduan akan semua keburukan negara yang menjadi sebab keterpinggiran orang kecil, kenestapaan hati-hati orang kecil yang dihukum dengan tegas, keirian dan kedengkian hati kita ketika para pejabat melancong keluar negeri dengan uang negara, gratisan, sedangkan kita dengan susah payah mencarinya (uang), kegetiran yang diberikan kepada pasien yang tidak mampu berobat kecuali dengan ASKES/KIN yang diberi pelayanan ala-kadarnya, kecemburuan sosial ketika anak pejabat menikah dengan pesta yang maha mahal dengan 9 digit rupiah, sementara ada dari kita yang menikah kebingungan mencari uang untuk mendaftar di KUA, banyak yang merangkap jabatan sedangkan pengangguran begitu banyak dan kemangkelan kita ketika melihat pejabat dan wakil rakyat meminta naik gaji, sedangkan kerja yang mereka lakukan belum berhasilguna sama sekali, kengerian ketika mau mendaftar menjadi pegawai negeri harus menggunakan administrasi yang tidak masuk akal, menjadikan kita sesuatu yang tidak layak untuk mengabdi kepada negara bila tidak mempunyai uang pelicin atau suap...., dan sebagian kecil saya tulisakan sebagian besar biar menjadi sebuah perenungan yang panjang dari orang yang masih mempunyai hati nurani dan mau berbuat kebajikan di sisa hidupnya.
Yang saya bicarakan adalah aib saya beristighfar kepada ALLAH SWT semoga ini bukan sebuah ghibah. Suara hati memang berbeda tiap individu akan tetapi persamaan yang dirasakan akan membuat sebuah paduan suara hati, semoga paduan suara yang mengarah kepada kebaikan dan hasanah/manfaat.
SOLUSI
Saya mengatakan bahwa negara harusnya memakmurkan rakyatnya, bukan memberi beban kepada rakyat. Bukan memberi tanggungan pekerjaan kepada generasi yang belum lahir dengan persoalan-persoalan dan hutang yang mereka tidak melakukannya. Saya mengatakan bahwa untuk menebas KKN dinegeri ini hanya ada satu cara PANGKAS GENERASI TERDAHULU DAN GANTI DENGAN GENERASI TAHUN 70 an yang BERSIH, bukan yang menjabat dan mendapat pekerjaan karena menyuap, saya yakin bangsa ini akan segera mentas dari jepitan jurang terjal kemunduran bangsa ini. Hukum yang ditegakkan dan lagi-lagi harus di reformasi total aspek hukumnya, etika hukum dan akhlak penegak hukum haruslah direformasi sehingga tidak ada lagi jual-beli hukum dan hukum tebang pilih dan belah bambu (yang satu dinjak dan satu lagi diangkat) atau hukum yang berupa pisau ketikan rakyat kecil berbuat kesalahan hukum sangat tajam (mata pisau dibawah) dan bila orang besar (biasanya berduit) melanggar hukum maka mata pisau hukum tetap diarahkan kebawah sehingga tumpullah hukum ini, tidak ada wibawa sama sekali. Saya tidak rela negeri ini menjadi negeri yang dicap paling korup, adanya mafia hukum dan yang jelas belum terlambat bagi mereka yang ingin memperbaiki diri, mumpung masih menjadi pejabat, wakil rakyat, mumpung ada kesempatan dan mumpung masih hidup. Ketukan hati dariku semoga membantu anda terbangun dari mimpi buruk yang membelenggu anda semua. Sistem sudah baik bila dilaksanakan dengan disiplin dan NON KKN.
Thanks
Saya akan membicarakan "aib" bangsa sendiri ditengah ketidaknyamanan hati yang memang tidak pernah mau menerima keadaan "muram" bangsa ini, sakit berkepanjangan dan komplikasi antara KKN dan Mafia-mafia peradilan dan hukum, serta berbagai persoalan yang tidak pernah selesai menjadi sebuah X-filesssssss,....yang mana saya mengatakan apakah saya meng-ghibah - negara sendiri itu sebuah kesalahan atau dosa ?
Tidak ada maksud lain selain membuat negeriku ini menggeliat dan mencampakkan kemuramannya menjadi negeri yang bergairah dan semangat dalam memeperbaiki semua kekurangan dan keterbelakangan yang dialami saat ini. Bukan menunjuk seorang atau perorangan yang menyebabkan bangsa ini menjadi begini, akan tetapi saya menunjuk ke sebuah persona yang saya gambarkan sebagai perwujudan diri yang seharusnya mengemban amanah dari rakyat, dan ternyata mereka lalai dari hal itu.Baca tidak amanah.
Yang mendasar dari sebuah negara adalah membuat rakyatnya makmur dan tidak membuat rakyatnya sengsara, demikian pula di negara kita yang tercinta ini. Tidak dipungkiri bahwa negeri ini memang belum makmur merata, yang makmur hanya sebagian kecil dan sayangnya tidak semua yang makmur mau berbagi dengan yang tidak makmmur. Itu memang persoalan manusia, dan persoalan manusia yang paling dekat dengan kita adalah persoalan manusia indonesia, ya dimana kita tinggal tempat tumpahdarah kita yang akan menjadikan kita sebagai penghasil generasi yaitu indonesia tercinta, persoalan yang seharusnya tidak akan kita berikan kepada anak cucu kita yang belum lahir. Mereka adalah emas yang terpendam yang belum terlihat dan menjadi sebuah harapan yang sangat besar bagi kita. Adalah sangat menjadi berdosa atau minimal malu bila kita sebagai "pedahulu" mewariskan "persoalan dan kesengsaraan" kepada mereka yang tidak tahu salah dan dosa, mereka yang baru lahir dan mereka yang tidak melakukan tindakan akan tetapi merasakan akibat dari tindakan pendahulunya. Dan sebagai bangsa yang mempunyai pemerintahan ini saya menilainya sebagai aib, dan bagi yang masih punya hati mempunyai aib pastinya malu dan tidak nyenyak tidur. Apakah mungkin tidak ada orang yang memerintah yang mempunyai visi atau minimal mempunyai angan-angan ingin meringankan beban bagi generasi penerusnya. Jangan menjadi bangsa yang "merintis" sepanjang masa. Kapan berkembangnya bila merintis terus. Dan kalau kita sebagai negara berkembang 'sepenjang masa" pertanyaan saya kapan negara ini menjadi MAJU ? Tidak bisa dipungkiri bahwa para pengemban amanah tidak malu pada aib yang disandangnya dan tidak :mencintai: generasi yang akan datang atau bahkan yang belum lahir. Padahal disana ada cucu mereka, ada cicit mereka ada anak dan generasi mereka, yang bersama-sama dengan anak bangsa dan generasi bangsa yang belum lahir memanti "beban yang berat" yang dipikulkan kepada mereka. Satu kata lagi, apakah yang bisa anda buat hanya persoalan dan beban, kapan anda akan membuat SOLUSI dan WARISAN KESUKSESAN ?
BERAT MEMBICARAKAN AIB ORANG LAIN
Membicarakan aib orang lain memang mengasyikkan, lihat saja acara televisi kita, aib-aib-aib jadi favorit, gosip-gosip-gosip memiliki rating yang tinggi, saya sendiri bukan penonton televisi yang baik,jadi dalam sebulan barang kali hanya menonton seminggu atau kurang dari itu. Manfaat dan mudharat nya begitu jomplang. Melihat sedikit kesenangan (hiburan) akan tetapi membuang waktu yang sangat bermanfaat dan pikiran kita terus terang terracuni. Bahwa membicarakan aib orang lain memang sudah terjadi sejak jaman dahulu ternyata Rasulullah Saw pun memberi kita wasiat agar tidak mengghibah - menggunjing. Sebab menggunjing itu bisa menimbulkan fitnah bila gunjingannya tidak benar, dan bila benar itu tidak menyenangkan bila terdengar oleh orang yang tergunjing, diibaratkan dengan sangat berat dan menjijikannya menggunjing itu yakni makan bangkai saudaranya. Allahu Akbar. Lalu bagaimana membicarakan aib negara sendiri ? Sebernarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa membicarakan aib bangsa dan negara ini sebuah simbol dari kepedulian kita sebagai bangsa, keprihatinan kita sebagai rakyat dan kecintaan kita sebagai bangsa yang mendiami negara yang sama. Menggunjing bukan sebuah pembetontakan atau kudeta. Membuat sebuah pengaduan akan semua keburukan negara yang menjadi sebab keterpinggiran orang kecil, kenestapaan hati-hati orang kecil yang dihukum dengan tegas, keirian dan kedengkian hati kita ketika para pejabat melancong keluar negeri dengan uang negara, gratisan, sedangkan kita dengan susah payah mencarinya (uang), kegetiran yang diberikan kepada pasien yang tidak mampu berobat kecuali dengan ASKES/KIN yang diberi pelayanan ala-kadarnya, kecemburuan sosial ketika anak pejabat menikah dengan pesta yang maha mahal dengan 9 digit rupiah, sementara ada dari kita yang menikah kebingungan mencari uang untuk mendaftar di KUA, banyak yang merangkap jabatan sedangkan pengangguran begitu banyak dan kemangkelan kita ketika melihat pejabat dan wakil rakyat meminta naik gaji, sedangkan kerja yang mereka lakukan belum berhasilguna sama sekali, kengerian ketika mau mendaftar menjadi pegawai negeri harus menggunakan administrasi yang tidak masuk akal, menjadikan kita sesuatu yang tidak layak untuk mengabdi kepada negara bila tidak mempunyai uang pelicin atau suap...., dan sebagian kecil saya tulisakan sebagian besar biar menjadi sebuah perenungan yang panjang dari orang yang masih mempunyai hati nurani dan mau berbuat kebajikan di sisa hidupnya.
Yang saya bicarakan adalah aib saya beristighfar kepada ALLAH SWT semoga ini bukan sebuah ghibah. Suara hati memang berbeda tiap individu akan tetapi persamaan yang dirasakan akan membuat sebuah paduan suara hati, semoga paduan suara yang mengarah kepada kebaikan dan hasanah/manfaat.
SOLUSI
Saya mengatakan bahwa negara harusnya memakmurkan rakyatnya, bukan memberi beban kepada rakyat. Bukan memberi tanggungan pekerjaan kepada generasi yang belum lahir dengan persoalan-persoalan dan hutang yang mereka tidak melakukannya. Saya mengatakan bahwa untuk menebas KKN dinegeri ini hanya ada satu cara PANGKAS GENERASI TERDAHULU DAN GANTI DENGAN GENERASI TAHUN 70 an yang BERSIH, bukan yang menjabat dan mendapat pekerjaan karena menyuap, saya yakin bangsa ini akan segera mentas dari jepitan jurang terjal kemunduran bangsa ini. Hukum yang ditegakkan dan lagi-lagi harus di reformasi total aspek hukumnya, etika hukum dan akhlak penegak hukum haruslah direformasi sehingga tidak ada lagi jual-beli hukum dan hukum tebang pilih dan belah bambu (yang satu dinjak dan satu lagi diangkat) atau hukum yang berupa pisau ketikan rakyat kecil berbuat kesalahan hukum sangat tajam (mata pisau dibawah) dan bila orang besar (biasanya berduit) melanggar hukum maka mata pisau hukum tetap diarahkan kebawah sehingga tumpullah hukum ini, tidak ada wibawa sama sekali. Saya tidak rela negeri ini menjadi negeri yang dicap paling korup, adanya mafia hukum dan yang jelas belum terlambat bagi mereka yang ingin memperbaiki diri, mumpung masih menjadi pejabat, wakil rakyat, mumpung ada kesempatan dan mumpung masih hidup. Ketukan hati dariku semoga membantu anda terbangun dari mimpi buruk yang membelenggu anda semua. Sistem sudah baik bila dilaksanakan dengan disiplin dan NON KKN.
Thanks
Kamis, 28 April 2011
Pak Tani Kehilangan Cangkul
ISTILAH SEDERHANA YANG SARAT MAKNA
Yang sangat jelas jaman sekarang adalah bahwa peribahsa tersebut sangat cocok untuk kaum marginal kaum yang terpinggirkan seperti saya, orang kecil yang terpinggir. Makna yang mendalam bisa saya sebutkan sebagai langka dan mahalnya sebuah lapangan kerja, dimana ini terjadi disekitar kita atau malah kita sendirilah yang menjadi obyek penderita atas ketidak-tersedia-an lapangan kerja. Pak tani kehilangan cangkul ibarat kata pengusaha yang sudah tidak punya modal lagi, pekerja yang tidak punya ketrampilan lagi karena ketrampilannya digantikan oleh tenaga - robot - atau pengusaha yang bangkrut dengan tidak ada bisa meminjam modal atau bahkan dikejar utang lalu disita asetnya. Dia kehilangan cangkul, cangkul bermakna sarana atau fasilitas untuk mencari penghasilan atau keberhasilan dalam bidang yang digelutinya. Pengusaha cangkulnya adalah regulasi pemerintah dalam undang-undang perwirausahaan, nelayan cangkulnya adalah jaring dan netter seperti saya cangkulnya adalah modem, dan koneksi internet.
MAKNA YANG MEMPRIHATINKAN
Kenyataan ini terjadi dibumi kita yang tercinta ini dimana manusia-manusia yang lemah seperti kita (orang kecil) selalu saja menjadi sasaran dan obyek dari para pengemban amanah yang khianat. Dimana penciptaan padat karya yang melibatkan orang kecil, dimana penciptaan lapangan kerja yang tidak terlalu menggunakan atribut-atribut edukatif yang asal-asalan, dimana pekerjaan yang masuk tanpa adanya "uang pelicin", dimana....dimana....dimana..???
Kehilangan cangkul dari pak tani barangkali bukannya hilang yang sebenarnya, cangkulnya ada akan tetapi "disembunyikan" agar pak tani tidak bisa berkarya dan bekerja lagi. Mengapa saya katakan sarat makna ? Karena yang terjadi bukan hanya pada petani, tetapi hampir disetiap sektor, dimana pengkebirian potensi sudah menjadi hal yang umum untuk para pelaku tindak kejahatan kerah putih, baca :yang berkepentingan dan punya kekuasaan. Entah sampai kapak ketidakjujuran ini akan berlangsung, atau sampai pak tani tidak mau lagi mencangkul barulah cangkulnya dikembalikan ? Itu adalah tindakan yang kasip atau telat (obsolete) dan tidak akan ada faedahnya sama sekali, karena kepercayaan yang telah diembankan dikhianati. Dan ini benar-benar terjadi dibumi pertiwi yang tercinta ini.
SOLUSI
Membuat sebuah pernyataan dan uraian masalah tidak afdol tanpa ada sumbang saran yang berupa solusi. Dalam membuat dan membangun negara yang BERSIH tentulah perlu orang-orang yang JUJUR, demikian juga dalam membangun negeri yang AMANAH haruslah dijabat oleh orang-orang yang amanah, dan untuk negeri yang VISIONER pastilah dipegang oleh orang-orang yang visinya cemerlang, dan tidak ada gunanya semua kepandaian dan kejeniusan sekalipun bila AHLAK nya buruk. Untuk membuat sebuah bangsa yang MAJU tentulah diperlukan pemimpin yang BERAHLAK BUDIMAN dan SURI TELADAN yang bisa jadi anutan bagi rakyatnya. Tentu orang yang berakhlak baik pastilah dia orang yag amanah, menjaga diri dari kecurangan dan menjunjung wibawa hukum dan terawasi oleh ALLAH SWT langsung. Dan dengan demikian pak tani tidak perlu cangkul lagi akan tetapi bisa membeli traktor.....ini sebuah kemajuan.
Sedikit dari saya semoga menjadi perenungan bagi anda.
Yang sangat jelas jaman sekarang adalah bahwa peribahsa tersebut sangat cocok untuk kaum marginal kaum yang terpinggirkan seperti saya, orang kecil yang terpinggir. Makna yang mendalam bisa saya sebutkan sebagai langka dan mahalnya sebuah lapangan kerja, dimana ini terjadi disekitar kita atau malah kita sendirilah yang menjadi obyek penderita atas ketidak-tersedia-an lapangan kerja. Pak tani kehilangan cangkul ibarat kata pengusaha yang sudah tidak punya modal lagi, pekerja yang tidak punya ketrampilan lagi karena ketrampilannya digantikan oleh tenaga - robot - atau pengusaha yang bangkrut dengan tidak ada bisa meminjam modal atau bahkan dikejar utang lalu disita asetnya. Dia kehilangan cangkul, cangkul bermakna sarana atau fasilitas untuk mencari penghasilan atau keberhasilan dalam bidang yang digelutinya. Pengusaha cangkulnya adalah regulasi pemerintah dalam undang-undang perwirausahaan, nelayan cangkulnya adalah jaring dan netter seperti saya cangkulnya adalah modem, dan koneksi internet.
MAKNA YANG MEMPRIHATINKAN
Kenyataan ini terjadi dibumi kita yang tercinta ini dimana manusia-manusia yang lemah seperti kita (orang kecil) selalu saja menjadi sasaran dan obyek dari para pengemban amanah yang khianat. Dimana penciptaan padat karya yang melibatkan orang kecil, dimana penciptaan lapangan kerja yang tidak terlalu menggunakan atribut-atribut edukatif yang asal-asalan, dimana pekerjaan yang masuk tanpa adanya "uang pelicin", dimana....dimana....dimana..???
Kehilangan cangkul dari pak tani barangkali bukannya hilang yang sebenarnya, cangkulnya ada akan tetapi "disembunyikan" agar pak tani tidak bisa berkarya dan bekerja lagi. Mengapa saya katakan sarat makna ? Karena yang terjadi bukan hanya pada petani, tetapi hampir disetiap sektor, dimana pengkebirian potensi sudah menjadi hal yang umum untuk para pelaku tindak kejahatan kerah putih, baca :yang berkepentingan dan punya kekuasaan. Entah sampai kapak ketidakjujuran ini akan berlangsung, atau sampai pak tani tidak mau lagi mencangkul barulah cangkulnya dikembalikan ? Itu adalah tindakan yang kasip atau telat (obsolete) dan tidak akan ada faedahnya sama sekali, karena kepercayaan yang telah diembankan dikhianati. Dan ini benar-benar terjadi dibumi pertiwi yang tercinta ini.
SOLUSI
Membuat sebuah pernyataan dan uraian masalah tidak afdol tanpa ada sumbang saran yang berupa solusi. Dalam membuat dan membangun negara yang BERSIH tentulah perlu orang-orang yang JUJUR, demikian juga dalam membangun negeri yang AMANAH haruslah dijabat oleh orang-orang yang amanah, dan untuk negeri yang VISIONER pastilah dipegang oleh orang-orang yang visinya cemerlang, dan tidak ada gunanya semua kepandaian dan kejeniusan sekalipun bila AHLAK nya buruk. Untuk membuat sebuah bangsa yang MAJU tentulah diperlukan pemimpin yang BERAHLAK BUDIMAN dan SURI TELADAN yang bisa jadi anutan bagi rakyatnya. Tentu orang yang berakhlak baik pastilah dia orang yag amanah, menjaga diri dari kecurangan dan menjunjung wibawa hukum dan terawasi oleh ALLAH SWT langsung. Dan dengan demikian pak tani tidak perlu cangkul lagi akan tetapi bisa membeli traktor.....ini sebuah kemajuan.
Sedikit dari saya semoga menjadi perenungan bagi anda.
Rabu, 13 April 2011
Bekerja Membuat Sebuah Pilihan Dan Jalan Hidup
SUDAH MENJADI RESIKO BAHWA KERJAAN ADALAH MENJEMUKAN
Akan tetapi memang demikianlah dalam kehidupan sebagai seorang pekerja, dibayar orang lain ataupun dibayar negara sebagai pewgawai pemerintah atau wakil rakyat. Teman yang tidak menyenangkan, teman yang mengancam posisi kita, bahkan teman selingkuh pun ada. Inilah dunia pekerjaan yang memang sangat kompleks. Yang membuat orang tidak senang barangkali adalah sebuah rutinitas yang sama setiap harinya, telepon, email, komputer dan deadline.. Inilah yang membuat banyak diantara kita yang tidak kuat melewatinya.
SARAN DARI SAYA
Sebenarnya cukup mudah bila anda sudah tidak kerasan lagi, keluarlah kerja akan tetapi jangan keluar dengan tidak baik-baik, yang saya maksudkan adalah keluar dengan adanya "pijakan" yang baru yang lebih tinggi, bukan pijakan menurun yang membuat posisi kita lebih rendah secara jabatan dan ekonomi (baca:gaji:), hal yang banyak dilupakan adalah bahwa gaji adalah nomor sekian, yang bisa kita lakukan sebagai pekerja adalah bagaimana membuat tempat dan suasana kerja senyaman mungkin, ini perlu kerjasama tim, dan komandannya biasanya ya Boss nya. Dan diikuti dengan aturan yang tertulis ataupun tidak agar kesepakatan yang membuat nyaman ini bisa kontinyu, tetap jangan sampai menjadi rutinitas yang membosankan.
ANGGOTA DPR-MPR YANG BOSAN DENGAN "KEMONOTONAN RAPAT/SIDANG".
Ini sebuah preseden buruk bagi pendidikan sejarah Indonesia, monotonnya sidang menjadikan seorang anggota dewan nonton film BF, adalah sangat mengerikan. Mengerikan dan malu-maluin. Bagaimana tidak dia dibayar oleh negara keringat dan darah rakyat untuk menjadi wakilnya yang amanah, tetapi mengapa menyalahgunakan amanah penderitaan rakyat ? Saya tidak memukul rata semua anggota dewan adalah demikian, akan tetapi ditemukan satu indikasi saja, betapa "gampangnya akses membawa IPAD misalnya, blackberry apalagi, yang mana tidak sebanding dengan ketatnya penawasan yang dilakukan oleh panitia sidang. Kalau memakai hati nurani apakah masih ada anggota dewan yang tidak terhormat yang memilikinya ? Saya bisa menyimpulkan ini hanya puncak gunung es saja, dimana orang yang bekerja sudah tidak kerasan tetapi karena ketergantungan maka dia tidak mau keluar, kalau wakil rakyat sudah jemu dengan "mewakili" rakyatnya seyogyanya ya mundur, toh masih banyak generasi muda potensial nan bermoral yang siap menggantikan orang yang tidak amanah terseut.
SOLUSI
Kejenuhan mesti ada dan sangat manusiawi,akan tetapi kita kerja adalah dibayar, sekali lagi dibayar jadi jangan main-main dengan uang orang lain (bos kita), yang mana waktu anda adalah ditentukan sekian tempo untuk membantunya memajukan dan mengembangkan perusahaannya dan dengan itu anda tidak dibiarkan gratis atau kerja bakti, jadi mengertilah sedikit - walaupun bos kita pelit misalnya - jangan menjadi orang yang tidak amanah. Itu saja, dan buat suasana rutin menjadi suasana yang menyenangkan bukan malah membosankan, caranya masing-masing kantor, perusahaan atau lembaga negara punya caranya, yang jelas orang-orang didalamnyalah yang membuat baik atau buruknya suasana kerja tadi. Dari saya sekian dulu semoga bermanfaat.
Akan tetapi memang demikianlah dalam kehidupan sebagai seorang pekerja, dibayar orang lain ataupun dibayar negara sebagai pewgawai pemerintah atau wakil rakyat. Teman yang tidak menyenangkan, teman yang mengancam posisi kita, bahkan teman selingkuh pun ada. Inilah dunia pekerjaan yang memang sangat kompleks. Yang membuat orang tidak senang barangkali adalah sebuah rutinitas yang sama setiap harinya, telepon, email, komputer dan deadline.. Inilah yang membuat banyak diantara kita yang tidak kuat melewatinya.
SARAN DARI SAYA
Sebenarnya cukup mudah bila anda sudah tidak kerasan lagi, keluarlah kerja akan tetapi jangan keluar dengan tidak baik-baik, yang saya maksudkan adalah keluar dengan adanya "pijakan" yang baru yang lebih tinggi, bukan pijakan menurun yang membuat posisi kita lebih rendah secara jabatan dan ekonomi (baca:gaji:), hal yang banyak dilupakan adalah bahwa gaji adalah nomor sekian, yang bisa kita lakukan sebagai pekerja adalah bagaimana membuat tempat dan suasana kerja senyaman mungkin, ini perlu kerjasama tim, dan komandannya biasanya ya Boss nya. Dan diikuti dengan aturan yang tertulis ataupun tidak agar kesepakatan yang membuat nyaman ini bisa kontinyu, tetap jangan sampai menjadi rutinitas yang membosankan.
ANGGOTA DPR-MPR YANG BOSAN DENGAN "KEMONOTONAN RAPAT/SIDANG".
Ini sebuah preseden buruk bagi pendidikan sejarah Indonesia, monotonnya sidang menjadikan seorang anggota dewan nonton film BF, adalah sangat mengerikan. Mengerikan dan malu-maluin. Bagaimana tidak dia dibayar oleh negara keringat dan darah rakyat untuk menjadi wakilnya yang amanah, tetapi mengapa menyalahgunakan amanah penderitaan rakyat ? Saya tidak memukul rata semua anggota dewan adalah demikian, akan tetapi ditemukan satu indikasi saja, betapa "gampangnya akses membawa IPAD misalnya, blackberry apalagi, yang mana tidak sebanding dengan ketatnya penawasan yang dilakukan oleh panitia sidang. Kalau memakai hati nurani apakah masih ada anggota dewan yang tidak terhormat yang memilikinya ? Saya bisa menyimpulkan ini hanya puncak gunung es saja, dimana orang yang bekerja sudah tidak kerasan tetapi karena ketergantungan maka dia tidak mau keluar, kalau wakil rakyat sudah jemu dengan "mewakili" rakyatnya seyogyanya ya mundur, toh masih banyak generasi muda potensial nan bermoral yang siap menggantikan orang yang tidak amanah terseut.
SOLUSI
Kejenuhan mesti ada dan sangat manusiawi,akan tetapi kita kerja adalah dibayar, sekali lagi dibayar jadi jangan main-main dengan uang orang lain (bos kita), yang mana waktu anda adalah ditentukan sekian tempo untuk membantunya memajukan dan mengembangkan perusahaannya dan dengan itu anda tidak dibiarkan gratis atau kerja bakti, jadi mengertilah sedikit - walaupun bos kita pelit misalnya - jangan menjadi orang yang tidak amanah. Itu saja, dan buat suasana rutin menjadi suasana yang menyenangkan bukan malah membosankan, caranya masing-masing kantor, perusahaan atau lembaga negara punya caranya, yang jelas orang-orang didalamnyalah yang membuat baik atau buruknya suasana kerja tadi. Dari saya sekian dulu semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)