Kita bangsa indonesia telah bernegara lebih dari umur saya, saya lahir tahun 70 an, dan bangsa ini lebih tua 30 tahunan dari saya, jadi tidak pernah ada yang membanyangkan bahwa bangsa ini akan menjadi seperti ini. Entah berapa lama lagi bangsa ini akan "berkutat dengan masalah", menghindari solusi yang "menghancurkan dan menjajahkan diri" apa itu UTANG LUAR NEGERI, menjadi bangsa yang sadar dengan bangsa dan keutamaannya, menjadi diri yang mandiri dan bukannya menjadi diri yang minder. Kalau saya sebutkan masalah bangsa ini tidak akan cukup, karena ibarat sakit bangsa ini sudah stadium yang "mengkhawatirkan", dan itu bukan sebuah solusi bila membahas sakit yang melanda bangsa ini tanpa ada urun rembug yang merupakan jalan keluar dan solusi bagi bangsa ini. Berkoar lantang menyalahkan semuanya - terutama pemerintah biasanya - adalah bukan solusi, melainkan menambah masalah baru.
GAMBARAN KESALAHAN YANG BERANTAI
Kesalahan pertama bangsa ini adalah berawal dari "tujuan baik" para pemimpin bangsa ini, yakni "mengakomodasikan setiap perbedaan agar menjadi satu", contoh piagam jakarta diganti,...ada istilah bhinneka tunggal ika,.....mengutamakan minoritas dlsb.
Ada yang mengatakan "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh" adalah hal yang sama diterapkan pada keberagaman suku budaya dan bahasa di bangsa ini, itu bagus, tetapi dengan jalan yang "berlebihan",...ingat ketika rezim orba menerapkan "kecintaannya" kepada bahasa indonesia sehingga semua yang "keinggris-inggrisan" diganti BULAT-BULAT dengan bahasa Indonesia,....nanti kedengarannya akan lucu dan dipaksakan.
Seperti ATM (Auto transfer Money) menjadi Anjungan Tunai Mandiri,...kedengarannya aneh, sebetulnya yo ben wae, biarkan saja toh semua yang mengatakan dan berkata bahasa inggris juga mencintai Indonesia, solusinya sebaiknya ya ajarkan bahasa indonesia yang baik dan benar disetiap lembaga pendidikan dan menjadi mata uji yang utama, sehingga dengan "terpaksa atau senang hati" mau belajar bangsa indonesia ini, cara yang terbaik adalam memberi teladan dari para pemimpin untuk rakyatnya agar mencintai nusantara ini, yakni berbicara, bergaya dan berperilaku sebagai bangsa yang elegan, bangsa yang cerdas bangsa yang bersih dari kecurangan. Pasti kita kan bangga dengan bangsa Indonesia, implisit dengan bahasanya, tidak malu berbahasa indonesia, diluar negeri sekalipun,....apakah kita sekarang demikian ? Tidak, kita bangsa yang tidak banyak belajar dari kejadian dan sejarah, bangsa yang mentalitasnya "SELALU TERJAJAH" dengan apa-pun yang baru, bangsa yang senang dengan TREN,.....dilihat dari betapa seringnya para pemimpin mengadakan "studi banding" dengan bangsa ini, seribu kali STUDI BANDING pun tak akan bermakna bila kelakuannya tidak pernah berubah, pengin kaya negara ini yang sangat teratur, pengin kaya negara itu yang pertaniannya maju, pengin seperti negara itu yang pengelolaan minyaknya sangat efisien dan efektif. Solusi yang pertama adalah pemimpin banga ini dan rakyat semuanya harusnya menyadari akan perbedaan yang ada, bukankan perbedaan yang membuat sesuatu menjadi indah ? contohnya: dalam gambar yang digunakan tentulah warna-warna yang berbeda, bayangkan bila yang digunakan untuk menggambar sepeda misalnya adalah warna biru semua, tidak akan muncul gambar sepeda yang muncul adalah warna biru dan tidak ada nilainya sama sekali gambar itu, karena anak kecil-pun bisa menuangkan cat air warna biru dibuku gambar dengan kualitas yang sama. Begitulah bangsa ini bila dipaksakan bersatu padu tanpa mempedulikan perbedaan,.....hasilnya bangsa ini seperti sekarang ini. Solusinya adalah biarlah berbeda bangsa ini tetapi didalam jiwa manusia indonesia seluruhnya mau mencintai dan mau peduli dengan bangsa ini. Kalau cinta siapa yang mau menodai, kalau peduli siapa yang mau memperburuk situasi ? Kalau jiwa-jiwa merasa memiliki bangsa ini, maka dengan senang hati (khususnya para pemimpin) mau membersihkan diri dan lembaganya dari berbagai macam kecurangan dan ketidakjujuran yang sudah sangat kondang di seantero bumi ini, perlu diketahui ketenaran itu menjijikan hati-hati bangsa ini yang masih mencintai indonesia, termasuk saya. Karena para pemimpin bangsa ini tidak pernah merasa memiliki dan mau memelihara bangsa ini - atau barangkali diartikan salah ini lembaga adalah milikku (milik pribadi) boleh dong dikorupsi - dan kalau merasa mencintai bangsa ini maka mereka tidak akan mendoainya dengan KKN yang sudah menjamur, berurat dan berakar disetiap jengkal bumi nusantara ini. Adakah yang bernama cinta? Adakah yang bernama merasa memiliki, adakah yang merasa bertanggung jawab kepada Allah Swt dengan "mentelantarkan" bangsa ini menjadi bangsa yang "dipandang sebelah mata" bila tidak mau dikatakan bangsa yang dikucilkan ? Para pemimpin seharusnya tahu akan "niat busuk" dari Lintah Darat Internasional, yang akan selalu menjadikan bangsa ini HISAPAN yang LEZAT,...dengan memberi DARAH RAKYAT kepada segelintir orang ANTEK nya.
Cara kaderisasi bangsa ini melahirkan pemimpin yang sama, sayangnya belum bisa melahirkan pemimpin yang merdeka dari sergapan "mereka".
KESALAHAN KEDUA BANGSA INI.
Menjadi bangsa yang "tidak punya mental merdeka", tidak punya izzah, tidak punya wibawa sedikitpun, tidak ada kharismnanya sama sekali. Sebab terbesar dari semua itu adalah bangsa ini telah BEGITU MATERIALISTIS, tidak pernah lagi mencintai PRODUK dan BUDAYA sendiri yang memang telah dibuktikan berabad-abad sangat mempesona bangsa lain. Gotong royong, kepedulian sosial, bantu-membantu dan semua ada di dalam pancasilanya bangsa indonesia dan kami sebagai muslim pun berpegang teguh pada Al-Qur'an dimana pancasila ada keselarasnnya dengan kitab suci kami,...dan kami setuju dengan PRODUK bangsa ini yang baik tersebut. Bangsa yang INGIN SEPERTI BANGSA LAIN adalah bangsa ini,....bukan INGIN MENJADI BANGSA YANG MANDIRI APA ADANYA, lalu dengan serius menggali potensi diri, sehingga menjadi BANGSA YANG BERMARTABAT dan menjadi BANGSA INDONESIA, bukan bangsa bebek, tetapi bangsa rajawali yang terbang tinggi,...bukan bangsa bebek, yang mengikuti dan LATAH dengan budaya racun bangsa lain. Tidak usah menghujat pelakunya, jangan-jangan saya sendiri pelakunya bukan ? Jangan terlalu menyalahkan pemimpin bangsa ini karena mereka bentukan dari MENTAL TIDAK MERDEKA ini, sehingga mengatakan yang sebenarnya saja tidak berani, tidak merdeka dan takut-takut. Solusi kecil yang banyak dipikirkan dan banyak didengungkan oleh hati-hati yang visioner mengenai NASIB bangsa ini adalah KEMBALI KE AGRARIS, kembali menjadi petani,...bayangan para pemimpin yang MINDER pasti deh petani dengan cangkul disawah dan tidak tamat SD,...itu bukan jaman bung, petani yang seharusnya adalah PETANI INDONESIA yang bisa mengembangkan buah ASLI negeri ini, pemanfaatan lahan yang efisien dan efektif, pendidikan yang tinggi, traktor, mesin-mesin ramah lingkungan, silo-silo untuk sapi madura, silo-silo untuk kuda sumbawa, dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan kalau kita TIDAK MINDER dan MENCINTAI BANGSA DAN PRODUKNYA, kita negeri MARITIM YANG AGRARIS, kenapa memaksakan diri menjadi seperti NEGERI KONTINENTAL NAN TANDUS ? Kita yang bodoh ataukah kita tidak pernah mau berpikir. Pasnya dinegeri yang maritim angkatan lautnya yang lebih besar - menjaga wibawa dan kekayaan yang ada - tetapi ada apa dengan negeri ini ? yang suka meniru dan mau menjadi seperti negeri lain dengan angkatan darat yang sangat kuat, dengan keadaan laut yang terbengkalai ? Ini bukan politik tetapi sebuah saran solusi. Negeri yang subur tanahnya mengapa harus menjadi pabrik tekstil yang merusak lingkungan dan menyababkan tanah tidak subur lagi ? Mengapa jawa - khususnya - tidak dijadikan LUMBUNG PADI asia ? Secara geologi dan geografi JAWA ADALAH TANAH TERSUBUR DAN TERSTRATEGIS di ASIA, atau bahkan dunia, mengapa pulau jawa diperlakukan demikian MURAH ? Dijadikan pulau rongsokan, pulau pembuang limbah ? Andai saja dijadikan lumbung padi, dijadikan pulai agrikultur sekaligus akan jalan kemakmuran, kelestarian, tidak ada urbanisasi, tidak ada kelaparan dijawa ini,...imbasnya luar jawa yang bertanah subur - sumatera, maluku, sulawesi dan semua yang bergunung berapi - pun sebaiknya bukan sebagai PABRIK, tetapi sebagai daerah pertanian, lokasi pabrik sebaiknya didaerah yang sangat tandus dan tidak ada kegiatan pertanian yang signifikan. Itu baru daratnya,...sekarang lautnya ????? 2/3 dari bangsa ini adalah lautan, dan mengapa kita senang sekali dengan mengelola daratan dengan cara yang salah pula - jawa diparbrikisasikan, dengan banyak gedung yang seharusnya tidak perlu, negeri ini kan jalur gempa mengapa dibuat pencakar langit? - kalau mau jujur hasil laut kita pasti akan lebih mencukupi kesejahteraan bangsa ini sampai kapan-pun, sampai laut menjadi kering,......cara yang paling sederhana saat ini adalah MENJAGA TERITORIAL LAUT BANGSA INI dari pencurian negeri lain,....setelah aman dan terkendali barulah adanya PENGELOLALAN yang benar sebagai bangsa merdeka laut dan kekayaannya itu. Untuk urusan penjagaan bukan rakyat yang harus melakukannya, tetapi pemerintah dengan angkatan lautnya,....seharusnya AL lebih banyak personilnya dari angkatan apapun,....sebagaimana negeri kontinental lebih banyak Angkatan Daratnya,....saya kira ini sebuah usulan yang masuk akal untuk sebuah keberhasilan jangka panjang tentunya, siapa yang menikmatinya ? Anak-cucu kita sebagaimana para pahlawan yang gugur telah mendedikasikan kemerdekaan bangsa ini untuk kita generasi penerusnya.
KESALAHAN KETIGA BANGSA INI
Mengapa tidak berani menasionalisasi sebuah perusahaan asing yang merugikan hajat hidup orang banyak (padahal kosntitusinya ada pasal 33 UUD 1945), malah yang ada privatisasi perusahaan/kekayaan negara yang menguasai hajat hidup orang (indonesi) banyak, ini INKONSTITUSIONAL mengapa dilakukan ? Telkom barangkali jaman dibuatnya UUD 1945 belum terpikirkan akan menguasai hajat hidup orang banyak, tetapi bila dijaman ini itu sangat dominan menguasai hajat hidup bangsa ini,...mengapa indosat dijual kepada negeri singapura ? Ini inskosntitusional bukan? Mengapa tidak sepert jamannya Bung Karno yang berani menasionalisasi perusahaan minyak asing yang tentu akan menyejahterakan rakyat ? Ini adalah kesalahan bangsa, dan meruncing menjadi kesalahan penyelenggara bangsa, mengkerucut lagi menjadi kesalahan para pemimpin bangsa ini,....sudah kasip kah kita memulainya ? Untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama ? Lihat Freeport, Natuna dan sekarang blok Ambalat,....
SOLUSI KEJAYAAN YANG DILUPAKAN
Kami muslim mayoritas dan tidak pernah menindas minoritas. Itu fakta berabad-abad dan insyaallah akan abadi. Solusi kejayaan adalah ada dalam kitab suci kami, Al-Qur'an, ini kitab untuk umat manusia, untuk bernegara bahkan untuk hal terkecilpun seperti urusan buang air kecil ada aturannya, karena kita manusia bukan kambing atau kerbau. Solusi kejayaan ini tidak melulu sebagai sebuah agama, lebih jitunya adalah formulasi yang ada didalamnya bisa menjadi sebuah solusi emas untuk bangsa ini, saya melihat semua yang ada dimasyarakat dan perilakunya, rata-rata sudah sangat menyimpang atau bertolak belakang dengan agama kami. Sifat materialistis yang menimbulkan menghalalkan segala cara adalah bukan gaya hidup kami, yang muslim dan ini menjadi sesuatu yang "tidak aneh" di indonesia yang konon mayoritasnya adalah muslim - sayangnya pelakunya pun ada yang muslim - gaya hidup freesex bukan gaya hidup orang muslim karena dosa zina adalah sangat besar, mengapa harus freesex bila ada jalur pernikahan, dan kalau satu kurang ada poligami bukan ? semua yang berbau islam dibumi nusantara seolah-olah dianggap sok suci, sok menghakimi, dan bahkan maaf dianggap teroris. Ini kesalahan saudaraku. Bukankah kalian dengan jalan menyimpang dari kacamata kami, keadaan indonesia jadi seperti ini ? Islam bukan ancaman tetapi solusi, bila tidak percaya lihatlah kami umat islam dari dekat, adakah kami akan menyerang anda dengan harus memeluk islam, apakah akan saya bom semua tempat-tempat ibadah anda ? rumah anda ? Tidak ada saudaraku,...dalam perang sekalipun muslim ada aturannya, tidak boleh membunuh anak-anak dan wanita, tidak boleh merusak tempat ibadah,....solusi kejayaan nusantara yang dilupakan ini biarlah akan kami lakukan, dan kami muslim sangat mencintai bangsa nya, tanah airnya karena mencintai negeri adalah bagian daripada iman, bukan sebuah yang main-main.
Maafku untuk ketidak berdayaanku untuk merubah bangsa ini, saya bukan apa-apa, tetapi saya pemimpin bagi diri sendiri dan keluargaku, jadi tidak mengapa saya sedikit berbeda tetapi dalam arah yang benar, bukan benar secara subyektif, tetapi benar secara mutlak dari Allah Swt, dan sudah dibuktikan dalam sejarah bahwa semua kehancuran umat islam karena tidak pernah lagi memegang solusi kejayaan ini (Al-Qur'an) dimana mereka lebih mencintai dunia (materialistis) dan melupakan Allah Swt yang memberinya kehidupan.
Terakhir saya memberi renungan kepada anda, ini lucu apa malah memalukan, dan perbaikan bukan dari orang lain tetapi dari diri pribadi kita semua.
Dalam sebuah cerita dikatakan bahwa korupsi memang ada dimana-mana, disemua negara, hanya caranya berbeda-beda. Di malaysia, ada korupsi katanya dibawah meja sedangkan si koruptor duduk dikursi, dicina karena takut ketahuan korupsinya dikolong meja, dithailand koruptor agak berani dia korupsi dengan kolusi diatas meja - ya semacama melakukan suap diatas meja begitu - dan ini dilakukan. Lalu bagaimana dengan negeri ini ? Koruptor indonesia menjadi selebritis, bukan korupsi dikolong meja seperti dicina, bukan dibawah meja seperti di malaysia, bukan diatas meja seperti di thailand, TETAPI lebih :signifikan: dari semua itu, MEJA-MEJA nya pun ikut dikorupsi.
Lha itulah saudaraku derajat kekorupan kita bila diparadokskan, bagi koruptor sadarlah anda bagi yang belum,...jangan coba-coba apakah tidak malu menjadi bangsa yang disebut bangsa koruptor ? Pilihan ada ditangan anda. Saya memberikan sedikit gambaran dan pilihan ditangan anda.
Terima kasih semoga menjadi sebuah renungan yang bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar