BETULKAH ALAM
YANG TIDAK BERSAHABAT DENGAN KITA ?
Syair dari Penyanyi Ebiet G Ade “ Barangkali disana ada jawabnya, mengapa
di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang
selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa atau alam mulai enggan bersahabat
dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”. Syair dari lagu
tersebut bermakna dalam dan memang kenyataannya karena kita sering berbuat dosa
lalu tidak bertobat malah merasa bangga dan yang ke dua kita sering berbuat
kerusakan kepada alam dan kita tidak “bertobat” dengan memperbaiki kembali ada
istilah reboisasi, penghutanan kembali, penanaman pohon bakau (mangrove),
penanaman sejuta atau bahkan semilyar pohon, eksplorasi tanpa eksploitasi
bahan-bahan tambang minyak dan mineral (yang tidak bisa diperbaharui) dan
pelestarian situs peninggalan budaya dan situs sejarah, serta berbagai bentuk
reservasi dan pemeliharaan.
Apakah hal-hal positif tersebut sudah banyak kita lakukan untuk bertobat
kepada Tuhan atas apa-apa yang telah kita lakukan ? Sebenarnya bukan KITA akan
tetapi sebagian besar dari kita yang
melakukan kerusakan baik yang disengaja, tanpa sengaja atau bahkan secara tidak
sadar. Kalau yang sengaja memang itu yang paling berbahaya karena mereka yang
melakukan perusakan dengan sengaja sebenarnya sudah tahu apa akibat dari yang
mereka perbuat, banjir, tanah longsor, kemarau panjang berasap, bahkan mungkin
tanah hutan berubah menjadi gurun, polusi air dan udara baik dari bahan organik
– asap, bau limbah – maupun dari bahan kimia (dan ini lebih berbahaya),
punahnya satwa penguhuni air dan hutan, hilangnya kesuburan tanah, hilangnya
daya serap air oleh tanah karena tidak ada pohon lagi, terjadi abrasi pantai
karena hutan mangrove digunduli, dan kalau dilakukan dengan sadar inilah yang
saya sebut mereka sebagai pengundang bencana dan azab Tuhan. Dan tidak heran
bila bencana akan silih berganti di darat dan di laut mengintai kita.
Yang dilakukan tidak dengan sengaja, sebagai contoh adalah kebakaran hutan
karena dia membakar ladangnya sendiri di dekat hutan kemudian api menjalar dan
tidak terkendali. Atau ketika ada orang membuang puntung rokok kemudian
membakar semak-semak dan menjalar menjadi kebakaran hutan, karena kebakaran
hutan dimusim kemarau dan hutan menjadi gundul kemudian ketika musim penghujan
datang maka akan terjadi banjir atau bahkan tanah longsor. Dan hewan-hewan
hutan pastilah menjadi banyak yang mati. Perbuatan yang tanpa sengaja ini biasanya karena keteledoran seseorang, dan
berdampak buruk tapi si pelaku tidak ada niatan untuk merusak alam, bisa
dipastikan si pelaku tidak akan mau mengulangi perbuatannya tersebut.
Yang dilakukan dengan tidak sadar tetapi mengakibatkan betapa rusaknya alam
dan habitat berbagai makhluk hidup. Contoh yang paling mudah adalah adat buruk
dalam membuang sampah, sembarangan, sampah yang tidak bisa diurai dibuang
begitu saja tanpa ada rekayasa untuk biar mudah diurai. Membuang sampah di
kali, got dan tempat-tempat yang tidak seharusnya. Polusi sampah yang dibuang
sembarangan memang menjadikan multi polusi,
tanah terpolusi dengan sampah plastik yang tidak bisa diurai dalam waktu
yang singkat, bau dari sampah memberikan polusi udara, dan air disamping polusi
bau juga alirannya terhambat oleh sampah yang dibuang sembarangan di kali –
sekali lagi sebelum direkayasa untuk biar mudah diuraikan – yang mereka lakukan
adalah perbuatan tidak sadar karena dilakukan sejak dari kecil – yang saya
sebut sebagai adat buruk – pernahkah anda mengingatkan kepada anak anda ketika
sedang berwisata kemudian dia membuang sampah sembarangan ? Apakah anda tegur
dan anda ambil sampahnya? Atau malah anda biarkan dan bahkan memberikan contoh
membuang sampah sembarangan di area pariwisata tersebut kepada anak anda?
Belum lagi limbah
rumah tangga seperti sisa sayuran dan bungkus plastik, apakah anda sudah “merekayasa”
semua sampah yang anda hasilkan ? Atau anda membuang begitu saja di tempat
sampah atau malah membuang secara sembarangan ? Dan kebiasaan yang tidak sadar
semacam ini marilah kita secara perlahan namun pasti untuk segera diubah ke
jalan yang benar dan kesadaran yang cerdas demi kepentingan bersama dan
kenyamanan tinggal kita, di bumi yang semakin menua ini.
Tingkah laku kita yang tidak mau mengerti dan selalu berbuat kerusakan
tentulah akan menjadikan alam ini begitu sinis kepada kita. Kalau mau jujur
kadang yang melakukan kerusakan itu bukan kita, tapi apakah alam masih mentoleransi
orang yang tidak melakukan kerusakan dengan secara eksklusif terhindar dari
bencana karena alam “mengamuk” ? Jawabannya pastilah tidak, alam dalam memberi
banjir, memberi tanah longsor, memberi polusi udara, memberi hujan asam,
memberi kabut asap, tidak pernah memilih dan hanya menimpakannya kepada si
pelaku perusakan saja. Tapi dia memberikan “hukuman” secara merata dan tidak
pandang bulu.
MEMPERBAIKI DIRI DAN KELUARGA ADALAH SALAH SATU LANGKAH MEMPERBAIKI
HUBUNGAN KITA DENGAN ALAM YANG SUDAH TERLANJUR MURKA DAN TERLUKA
Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, baik yang disengaja, tidak
disengaja ataupun bahkan yang tidak sadar. Dan untuk memperbaiki hubungan kita
dengan alam – artinya melakukan perbaikan-perbaikan atas kerusakan yang telah
kita lakukan – belum terlambat dan masih memungkinkan, kalau hutan kita sudah
menjadi gurun – itu akan sangat merepotkan dan memakan waktu lama untuk kembali
menjadi hijau atau bahkan mustahil – kalau sungai telah mengering atau hilang
alurnya, itu juga sesuatu yang sangat susah untuk memperbaikinya kembali. Akan
tetapi bila hutan baru sebatas gundul dan menimbulkan banjir serta longsor,
masih bisa kita melakukan yang namanya reboisasi atau penanaman kembali hutan
dan atau peremajaan kembali hutan yang rusak. Untuk yang suka membuang sampah
semabarangan bisa dilakukan penyadaran diri dan keluarga untuk melakukan
rekayasa terlebih dahulu sebelum membuang sampah – dibakar, dijadikan pupuk,
dijadikan bahan biogas, dijadikan pakan ternak
dan lainnya – menyadarkan diri sendiri dan keluarga bahwa membuang
sampah sembarangan – apalagi sampah yang susah diurai – akan menyebabkan
pencemaran dan pemampatan aliran air, menyebabkan got dan gorong-gorong
tersumbat dan akhirnya menyebabkan banjir, air tergenang dan berbagai keburukan
lainnya. Paling efektif adalah dibuat undang-undang yang menerapkan denda bagi
warga yang melakuan pembuangan sampah sembarangan, dengan konsekuensi dibuatkan
tempat pembuangan sampah yang dipilah-pilah – organik, non organik, basah, dan
kering – dan untuk limbah industri dan limbah kimia pastilah perlu dilakukan
hal yang lebih serius dan turut campur tangan dari pemerintah guna
meminimalisir polusi bahan kimia yang
biasanya lebih berbahaya dari bahan organi dari limbah rumah tangga.
Hal-hal sepele seperti membuang sampah di jalan dari dalam mobil, membuang
sampah ke laut ketika kita di atas kapal, membuang sampah dengan sembarangan
dan tanpa merasa berdosa sudah seharusnya dihindari. Beritahu kepada anak-anak
bahwa melakukan hal-hal buruk tersebut adalah tidak baik, tidak trendy dan
tidak smart, tidak berbudaya dan tidak cerdas. Dilakukan mulai usia dini dan
diharapkan bila mereka besar nanti tidak mau melakukan hal-hal yang sudah orang
tua-tua mereka dulu lakukan, melukai perasaan alam dan bahkan sampai kadar
memberi polusi dan merusak alam tersebut.
Pandangan hidup atau mindset menjadi penting, ditunjang dengan peraturan
yang positif dan hukuman bagi para pelanggarnya pastilah akan menjadikan orang
berhati-hati ketika melakuka sesuatu yang diperkirakan bisa merusak alam. Dan
kalau sudah dilakukan yang demikian pastilah akan mengurangi berbagai “bencana”
yang seharusnya tidak terjadi. Lalu
bagaiman dengan orang yang sengaja melakukannya karena tuntutan faktor ekonomi
? Misalnya perusahaan ? Bukankah ada pemerintah yang mengatur tentang hal ini ?
Terapkan hukum dengan baik, dan terapkan hukuman bagi mereka yang sengaja
merusak hutan dan alam walaupun dengan dalih ekonomi. Karena dengan memperbaiki
alam pastilah nilai ekonomi akan jauh lebih tinggi daripada dengan merusaknya.
Bagi yang suka menggunduli hutan jangan menebang pohon dengan ukuran tertentu
dan setelah menebangpun perlu ditambal / disulam lagi dengan pohon sejenis,
apakah hal ini sudah dilakukan ?
Alam yang sudah terlukan dan rusak, bila kita mau memperbaikinya, alam
tidak pendendam, pastilah harmoni akan terjadi kembali bila manusia-manusianya
ramah dan sayang serta memelihara kelestariannya. Bahkan alam akan memberikan
lebih dan melimpah daripada apa yang manusia perusak minta. Jangan merusak,
maka yang akan diberikan alam akan jauh lebih melimpah dan tidak pakai masa
kadaluwarsa. Karena Tuhan lah yang mengatur alam tersebut, bila manusia-manusia
yang merupakan faktor terpenting bagi bumi ini, mau menjadi wakil Tuhan di bumi
memelihara, merawat dan memanfaatkannya dengan bijaksana, maka Tuhan dengan
perantara (memerintah) alam untuk menyejahterakan manusia tersebut. Dan
sebaliknya, maka syair dari Penyanyi Puitis Ebet G Ade bisa menjadi terulang
dan dampaknya bisa tanpa masa kadaluwarsa, bencana yang berantai dan kontinyu.
Bagaimana ini akan membuat manusia aman untuk tinggal, tenang untuk hidup ?
TIPS KUNO DARI SAYA
Jaman saya kecil, etika yang diajarkan kepada kita masih relevan dengan
jaman sekarang. Membungkus nasi biasanya tidak pernah pakai plastik/kertas nasi
yang mengandung plastik juga/ kertas minyak yang mengandung plastik juga, akan
tetapi menggunakan daun jati atau daun pisang. Sungguh kebijaksanaan nenek
moyang kita yang canggih kalau saya pikir. Bagaimana tidak, rasa dari nasi yang
dibungkus daun lebih harum baunya, lebih enak citarasanya dan sampahnya adalah
bisa diuraikan dan bisa dijadikan kompos atau pakan ternak (daun pisang bisa
dikasihkan ke kambing). Ketika lebaran tiba pernahkah kita membuat opor ayam
dan ketupat ? Ya ketupat adalah teknologi canggih dari nenek moyang kita,
lontong adalah kreasi jenius dari nenek moyang kita, dari segi rasa sangat enak
dan dari segi sampah bisa dan mudah terurai. Kalau membawa barang orang dahulu
tidak menggunakan plastik kresek, tetapi lagi-lagi dengan wadah dari anyaman
bambu/rotan dan barang-barang nya dibungkus dengan daun, khusunya ketika
berbelanja di pasar tradisional. Kalau baju bukan cara berbelanjanya yang
secara tradisional, akan tetapi cara mencucinya bukan dengan deterjen yang
menyebabkan polusi air. Setelah menebang pohon pastilah disulam dengan pohon
yang sejenis dibekas /pokok pohon tersebut. Ketika mencari ikan tidak pernah
dan tidak boleh dengan obat (racun), setrum dan bila yang masih sangat kecil
akan dilepaskan kembali. Orang jaman dahulu senang menanam, kalau dihalam rumah
ditanami bunga yang warna warni, kalau dikebun ditanami tanaman buah dan pohon
kayu, dan kalau dipinggir jalan ditanami pohon yang rindang baik itu pohon kayu
maupun pohon buah. Kalau di laut tidak menggunakan obat/bom untuk mencari ikan,
karena merusak terumbukarang. Dan nenek moyang kita lebih arif dan canggih
daripada orang yang belum lama meninggali bumi nusantara ini. Kalau anda meniru
orang luar dalam memperlakukan bumi nusantara ini, adalah salah besar, mereka
datang kemari bukan dalam rangka memelihara dan merawat tetapi mereka datang
kemari untuk menjajah, merusak dan mengeksploitasi apapun yang ada di dalamnya,
tidak pernah terbayang oleh mereka untuk kelestarian alam dan sumberdaya di
tanah jamrud khatulistiwa ini. Sudah
sadarkah anda hari ini, plastik, racun ikan, dan penebangan liar adalah
cara-cara bar-bar mereka ? Dan kalau belum sadar jangan tunggu alam menyadarkan
anda dengan murka dan sinisnya kepada kita. Untuk hal itu anda bisa melihat
buktinya ketika musim kemarau kita cukup air atau kekeringan, ketika musim
hujan kita sejuk apa kebanjiran. Ketika musim ikan apakah kita membeli ikan
dipasar atau menangkap dikali belakang rumah kita, atau memancing di muara
dekat rumah kita ? Tanda-tanda dari alam mencerminkan perbuatan kita kepadanya,
merawat atau merusak, alam hanya menjadi timbal balik bagi perbuatan yang kita
lakukan. Apakah alam mulai bosan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya
pada rumput yang bergoyang...
BONUS LINK BISNIS UNTUK ANDA
1. NEOBUX
2. BTCCLICK
3. PAIDTOCLICK
4. FREEBITCOIN
5. FREEDOGECOIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar