ISTILAH SEDERHANA YANG SARAT MAKNA
Yang sangat jelas jaman sekarang adalah bahwa peribahsa tersebut sangat cocok untuk kaum marginal kaum yang terpinggirkan seperti saya, orang kecil yang terpinggir. Makna yang mendalam bisa saya sebutkan sebagai langka dan mahalnya sebuah lapangan kerja, dimana ini terjadi disekitar kita atau malah kita sendirilah yang menjadi obyek penderita atas ketidak-tersedia-an lapangan kerja. Pak tani kehilangan cangkul ibarat kata pengusaha yang sudah tidak punya modal lagi, pekerja yang tidak punya ketrampilan lagi karena ketrampilannya digantikan oleh tenaga - robot - atau pengusaha yang bangkrut dengan tidak ada bisa meminjam modal atau bahkan dikejar utang lalu disita asetnya. Dia kehilangan cangkul, cangkul bermakna sarana atau fasilitas untuk mencari penghasilan atau keberhasilan dalam bidang yang digelutinya. Pengusaha cangkulnya adalah regulasi pemerintah dalam undang-undang perwirausahaan, nelayan cangkulnya adalah jaring dan netter seperti saya cangkulnya adalah modem, dan koneksi internet.
MAKNA YANG MEMPRIHATINKAN
Kenyataan ini terjadi dibumi kita yang tercinta ini dimana manusia-manusia yang lemah seperti kita (orang kecil) selalu saja menjadi sasaran dan obyek dari para pengemban amanah yang khianat. Dimana penciptaan padat karya yang melibatkan orang kecil, dimana penciptaan lapangan kerja yang tidak terlalu menggunakan atribut-atribut edukatif yang asal-asalan, dimana pekerjaan yang masuk tanpa adanya "uang pelicin", dimana....dimana....dimana..???
Kehilangan cangkul dari pak tani barangkali bukannya hilang yang sebenarnya, cangkulnya ada akan tetapi "disembunyikan" agar pak tani tidak bisa berkarya dan bekerja lagi. Mengapa saya katakan sarat makna ? Karena yang terjadi bukan hanya pada petani, tetapi hampir disetiap sektor, dimana pengkebirian potensi sudah menjadi hal yang umum untuk para pelaku tindak kejahatan kerah putih, baca :yang berkepentingan dan punya kekuasaan. Entah sampai kapak ketidakjujuran ini akan berlangsung, atau sampai pak tani tidak mau lagi mencangkul barulah cangkulnya dikembalikan ? Itu adalah tindakan yang kasip atau telat (obsolete) dan tidak akan ada faedahnya sama sekali, karena kepercayaan yang telah diembankan dikhianati. Dan ini benar-benar terjadi dibumi pertiwi yang tercinta ini.
SOLUSI
Membuat sebuah pernyataan dan uraian masalah tidak afdol tanpa ada sumbang saran yang berupa solusi. Dalam membuat dan membangun negara yang BERSIH tentulah perlu orang-orang yang JUJUR, demikian juga dalam membangun negeri yang AMANAH haruslah dijabat oleh orang-orang yang amanah, dan untuk negeri yang VISIONER pastilah dipegang oleh orang-orang yang visinya cemerlang, dan tidak ada gunanya semua kepandaian dan kejeniusan sekalipun bila AHLAK nya buruk. Untuk membuat sebuah bangsa yang MAJU tentulah diperlukan pemimpin yang BERAHLAK BUDIMAN dan SURI TELADAN yang bisa jadi anutan bagi rakyatnya. Tentu orang yang berakhlak baik pastilah dia orang yag amanah, menjaga diri dari kecurangan dan menjunjung wibawa hukum dan terawasi oleh ALLAH SWT langsung. Dan dengan demikian pak tani tidak perlu cangkul lagi akan tetapi bisa membeli traktor.....ini sebuah kemajuan.
Sedikit dari saya semoga menjadi perenungan bagi anda.
Kamis, 28 April 2011
Rabu, 13 April 2011
Bekerja Membuat Sebuah Pilihan Dan Jalan Hidup
SUDAH MENJADI RESIKO BAHWA KERJAAN ADALAH MENJEMUKAN
Akan tetapi memang demikianlah dalam kehidupan sebagai seorang pekerja, dibayar orang lain ataupun dibayar negara sebagai pewgawai pemerintah atau wakil rakyat. Teman yang tidak menyenangkan, teman yang mengancam posisi kita, bahkan teman selingkuh pun ada. Inilah dunia pekerjaan yang memang sangat kompleks. Yang membuat orang tidak senang barangkali adalah sebuah rutinitas yang sama setiap harinya, telepon, email, komputer dan deadline.. Inilah yang membuat banyak diantara kita yang tidak kuat melewatinya.
SARAN DARI SAYA
Sebenarnya cukup mudah bila anda sudah tidak kerasan lagi, keluarlah kerja akan tetapi jangan keluar dengan tidak baik-baik, yang saya maksudkan adalah keluar dengan adanya "pijakan" yang baru yang lebih tinggi, bukan pijakan menurun yang membuat posisi kita lebih rendah secara jabatan dan ekonomi (baca:gaji:), hal yang banyak dilupakan adalah bahwa gaji adalah nomor sekian, yang bisa kita lakukan sebagai pekerja adalah bagaimana membuat tempat dan suasana kerja senyaman mungkin, ini perlu kerjasama tim, dan komandannya biasanya ya Boss nya. Dan diikuti dengan aturan yang tertulis ataupun tidak agar kesepakatan yang membuat nyaman ini bisa kontinyu, tetap jangan sampai menjadi rutinitas yang membosankan.
ANGGOTA DPR-MPR YANG BOSAN DENGAN "KEMONOTONAN RAPAT/SIDANG".
Ini sebuah preseden buruk bagi pendidikan sejarah Indonesia, monotonnya sidang menjadikan seorang anggota dewan nonton film BF, adalah sangat mengerikan. Mengerikan dan malu-maluin. Bagaimana tidak dia dibayar oleh negara keringat dan darah rakyat untuk menjadi wakilnya yang amanah, tetapi mengapa menyalahgunakan amanah penderitaan rakyat ? Saya tidak memukul rata semua anggota dewan adalah demikian, akan tetapi ditemukan satu indikasi saja, betapa "gampangnya akses membawa IPAD misalnya, blackberry apalagi, yang mana tidak sebanding dengan ketatnya penawasan yang dilakukan oleh panitia sidang. Kalau memakai hati nurani apakah masih ada anggota dewan yang tidak terhormat yang memilikinya ? Saya bisa menyimpulkan ini hanya puncak gunung es saja, dimana orang yang bekerja sudah tidak kerasan tetapi karena ketergantungan maka dia tidak mau keluar, kalau wakil rakyat sudah jemu dengan "mewakili" rakyatnya seyogyanya ya mundur, toh masih banyak generasi muda potensial nan bermoral yang siap menggantikan orang yang tidak amanah terseut.
SOLUSI
Kejenuhan mesti ada dan sangat manusiawi,akan tetapi kita kerja adalah dibayar, sekali lagi dibayar jadi jangan main-main dengan uang orang lain (bos kita), yang mana waktu anda adalah ditentukan sekian tempo untuk membantunya memajukan dan mengembangkan perusahaannya dan dengan itu anda tidak dibiarkan gratis atau kerja bakti, jadi mengertilah sedikit - walaupun bos kita pelit misalnya - jangan menjadi orang yang tidak amanah. Itu saja, dan buat suasana rutin menjadi suasana yang menyenangkan bukan malah membosankan, caranya masing-masing kantor, perusahaan atau lembaga negara punya caranya, yang jelas orang-orang didalamnyalah yang membuat baik atau buruknya suasana kerja tadi. Dari saya sekian dulu semoga bermanfaat.
Akan tetapi memang demikianlah dalam kehidupan sebagai seorang pekerja, dibayar orang lain ataupun dibayar negara sebagai pewgawai pemerintah atau wakil rakyat. Teman yang tidak menyenangkan, teman yang mengancam posisi kita, bahkan teman selingkuh pun ada. Inilah dunia pekerjaan yang memang sangat kompleks. Yang membuat orang tidak senang barangkali adalah sebuah rutinitas yang sama setiap harinya, telepon, email, komputer dan deadline.. Inilah yang membuat banyak diantara kita yang tidak kuat melewatinya.
SARAN DARI SAYA
Sebenarnya cukup mudah bila anda sudah tidak kerasan lagi, keluarlah kerja akan tetapi jangan keluar dengan tidak baik-baik, yang saya maksudkan adalah keluar dengan adanya "pijakan" yang baru yang lebih tinggi, bukan pijakan menurun yang membuat posisi kita lebih rendah secara jabatan dan ekonomi (baca:gaji:), hal yang banyak dilupakan adalah bahwa gaji adalah nomor sekian, yang bisa kita lakukan sebagai pekerja adalah bagaimana membuat tempat dan suasana kerja senyaman mungkin, ini perlu kerjasama tim, dan komandannya biasanya ya Boss nya. Dan diikuti dengan aturan yang tertulis ataupun tidak agar kesepakatan yang membuat nyaman ini bisa kontinyu, tetap jangan sampai menjadi rutinitas yang membosankan.
ANGGOTA DPR-MPR YANG BOSAN DENGAN "KEMONOTONAN RAPAT/SIDANG".
Ini sebuah preseden buruk bagi pendidikan sejarah Indonesia, monotonnya sidang menjadikan seorang anggota dewan nonton film BF, adalah sangat mengerikan. Mengerikan dan malu-maluin. Bagaimana tidak dia dibayar oleh negara keringat dan darah rakyat untuk menjadi wakilnya yang amanah, tetapi mengapa menyalahgunakan amanah penderitaan rakyat ? Saya tidak memukul rata semua anggota dewan adalah demikian, akan tetapi ditemukan satu indikasi saja, betapa "gampangnya akses membawa IPAD misalnya, blackberry apalagi, yang mana tidak sebanding dengan ketatnya penawasan yang dilakukan oleh panitia sidang. Kalau memakai hati nurani apakah masih ada anggota dewan yang tidak terhormat yang memilikinya ? Saya bisa menyimpulkan ini hanya puncak gunung es saja, dimana orang yang bekerja sudah tidak kerasan tetapi karena ketergantungan maka dia tidak mau keluar, kalau wakil rakyat sudah jemu dengan "mewakili" rakyatnya seyogyanya ya mundur, toh masih banyak generasi muda potensial nan bermoral yang siap menggantikan orang yang tidak amanah terseut.
SOLUSI
Kejenuhan mesti ada dan sangat manusiawi,akan tetapi kita kerja adalah dibayar, sekali lagi dibayar jadi jangan main-main dengan uang orang lain (bos kita), yang mana waktu anda adalah ditentukan sekian tempo untuk membantunya memajukan dan mengembangkan perusahaannya dan dengan itu anda tidak dibiarkan gratis atau kerja bakti, jadi mengertilah sedikit - walaupun bos kita pelit misalnya - jangan menjadi orang yang tidak amanah. Itu saja, dan buat suasana rutin menjadi suasana yang menyenangkan bukan malah membosankan, caranya masing-masing kantor, perusahaan atau lembaga negara punya caranya, yang jelas orang-orang didalamnyalah yang membuat baik atau buruknya suasana kerja tadi. Dari saya sekian dulu semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)