Memang Benar, jaman sekarang berpegang teguh kepada Agama Allah Swt ibarat memegang bara api, dilepaskan api padam, dipegang tangan melepuh, tapi lebih baik tangan melepuh daripada jalan ditempat gelap tanpa bara api yang menyinari, dan dijaman kegelapan (moral) ini, poros pikiran kita selalu saja terfokus pada materi, materi, dan materi.
Kontes tidak pernah menyangkal hanya fisik, fisik, dan membanggakan fisik,padahal dia tidak pernah meminta supaya dijadikan apa (jadi manusia kita tidak pernah merencanakannya), tidak pernah memesan agar diri menjadi jelita, tidak pernah berperan biar dia dilahirkan menawan, tetapi mengapa menjadi kebanggaan ? Kontes kecantikan, padahal cantik atau tidak adalah cetak biru dari sana ? Pantaskah dibanggakan dengan cara yang bathil itu ? Memamerkan aurat, menonjolkan aurat dalam bungkus kesetaraan antar bangsa, emansipasi wanita, dan kepopuleran (negara) yang dibawa-bawa,... saya hanya bertanya dan sama sekali tidak melarang, apakah hanya dengan cara itu (kecantikan yang dipamerkan) saja bangsa ini bisa harum dimata dunia, apa hanya dengan kontes-kontes ratu-ratuan itu saja wanita bisa mengekspresikan dirinya ? Kalau saya berpendapat bahwa kontes, dan perlombaan fisik lainnya (bukan skill) adalah perendahan wanita, menjadikan wanita sebagai obyek, menjadikan kecantikan sebagai simbol nafsu kotor yang mempertontonkan aurat dengan sangat bangga, bukankah ini seperti semacam tontonan yang menilai wanita sebagai obyek dengan dalih keindahan? Perendahan derajat wanita ini sangat kompleks, karena budaya beragama di Indonesia khususnya sangat naif, yang memakai bikini dan kontes ratu kecantikan adalah muslimah (na'udzu billaahi min dzalika...). Kalau terjadi yang demikian apakah tidak pernah diajarkan oleh orang tua mereka yang muslim bahwa memamerkan aurat kepada yang tidak berhak dan bukan muhrim adalah tindakan tercela ? Dan mengandung berbagai fitnah yang besar ? Menyebabkan rendahnya martabat wanita yang sudah dibela Rasulullah SAW berabad-abad silam ? Cintakah wahai kau wanita dengan kejahiliahan yang menimpamu, sudikah hai kaum hawa dijadikan obyek nafsu ? Sudikah hai calon-calon ibu dilihat auratmu oleh bukan calon suamimu ? Benarkah itu satu-satunya cara untuk mengejar popularitas yang berembel-embel MATERI?
Solusinya adalah menempatkan kembali kontes-kontes kecantikan dalam lingkup yang terbatas pada kalangan tertentu dan jangan diberitakan dengan bombastis, ini memicu materialisme yang mengagungkan fisik - celakanya ini menjadi sangat menyedot perhatian masyarakat yang memang telah tertulari penyakit materialis ini - terus kalau kontes yang dinilai bukanlah penampilan fisik yang "merangsang" dan "betis yang jenjang" atau "pornografi yang dibungkus seni" lainnya, terbaik adalah dihilangkannya kontes kecantikan dari bumi muslim ini, ini yang benar. Karena orang non-muslim batasan auratnya berbeda dengan muslimin, dan dalam hal ini pengaturan aurat dan pedomannya sudah sangat jelas, tata krama dan tata cara berpakaian pun sudah sedemikian rapi diatur oleh Islam - berbeda dengan budaya lainnya yang tidak detil dalam mengatur urusan aurat ini - karena beda kambing dengan kita salah satunya adalah aurat, kambing tidak mempunyai aurat, monyet tidak mempunyai aurat, hanya manusia yang berbudaya tinggi yang mempunyai aurat, dan ini termasuk perasaan tinggi dari homo sapien, tidak ada rasa tinggi dari makhluk primitif, sekalipun ia primata yang sangat mirip wujudnya dengan manusia, kasta tertinggi dari makhluk di bumi ini. Secara logika dan hati, seharusnya kita malu bila tidak menutupi aurat, karena kita makhluk dengan kasta terbaik. Tetapi kita kadang mengikuti kasta yang lebih rendah dari kita HEWAN, berapa banyak kontes kecantikan yang mempertontonkan aurat wanita sehingga tidak berbeda antara berbaju dengan telanjang ?
Maksiat ini harus dicegah, ditiadakan dan diberantas dari bumi muslim ini....sebab maksiat mengundang bencana, dan bencana tidak pernah pilih kasih untuk menimpa kita...
Untuk para kontestan berpikirlah kembali apakah ini satu-satunya cara untuk mengekspresikan diri?
Hati nurani telah mati, hati-hati telah mati, apa bedanya bangkai berjalan dengan hewan ? Dia seperti hewan bahkan lebih rendah dari itu.... astaghfirullah al'adziim...